Setelah berantem kecil dengan Bima di perpustakaan, Yolanda langsung pergi kala teman-temannya sudah menyontek hasil pekerjaannya. Bima hanya tertawa kecil saat melihat wajah merah Yolanda yang terlihat menahan amarah padanya.
"Jangan begitu dong cantik. Nanti nggak cantik lagi loh", goda Bima sedikit berisik.
Yolanda mendelik tajam ke arah Bima. Walaupun kakinya sudah berjalan ke pintu keluar, tatapan gadis itu tetap terarah ke sosok laki-laki jahil itu. Bima sangat suka membuat Yolanda sedikit salah tingkah.
"Nggak! Jangan sampe gue salting sama manusia modelan dia", gumam Yolanda berusaha menyadarkan diri sendiri.
Bel istirahat berbunyi. Banyak anak-anak yang kekar kelas dengan rombongannya. Yolanda sedikit kesulitan kala harus berdesakan dengan mereka yang seperti terlihat sangat kelaparan.
"Buset santai aja ngape! Pelan kek jangan buru-buru begitu kek dikejar zombie", teriak Yolanda diantara lautan manusia yang tidak mau mendengar.
Saat sedang sulit menahan dirinya diantara banyaknya manusia, tangan mungilnya tiba-tiba ditarik oleh seseorang. Mau tak mau membuat Yolanda tertarik ke arah sosok itu. Tatapan keduanya beradu. Yolanda yang kehilangan keseimbangan akhirnya terjatuh pada pelukan laki-laki itu.
Grep
"Demen amat meluk-meluk gue", tegur Megan yang menyelamatkan Yolanda dari kerumunan massa.
Yolanda cepat-cepat melepaskan diri. Wajahnya sedikit memerah malu karena senyata Megan yang menyelamatkan dirinya.
"Pede lo! Orang tadi gue kepeleset", kilah Yolanda membetulkan rambutnya.
"Ngeles aja terus", balas Megan tak mau kalah.
"Lo kali yang demen begitu", sahut Yolanda tak mau kalah pula.
Megan memutar bola matanya malas. Gadis ini sangat keras kepala. Ia bahkan tidak sanggup menghadapinya semprit tahun yang lalu.
"Udah tau kecil, bisa nggak sih nggak usah ikutan ngerumun begitu? Nanti lo bisa kejepit, Yola", tegur Megan serius.
Yolanda menatap heran ke arah Megan. Laki-laki itu menatapnya dengan tulus. Persis tatapannya saat meminta Yolanda untuk menjadi kekasihnya satu tahun yang lalu.
"Berisik lo! Mereka aja yang demennya desak-desakan", sahut Yolanda acuh.
Gadis itu sudah membalikkan tubuhnya. Meninggalkan Megan begitu saja karena tak mau laki-laki itu melihat wajahnya yang sedikit memanas.
"Mau kemana?", tanya Megan berjalan menjejerkan tubuhnya dengan Yolanda.
"Minggir lo. Gue mau ke kelas", tepis Yolanda sambil mempercepat jalannya.
Megan mendengus pelan. Tangannya menahan lengan Yolanda supaya menghentikan langkahnya saat ini juga.
"Apa sih?", pekik Yolanda nyaring.
"Sela sama gue bakal nikah minggu ini. Lo serius nggak apa-apa?", tanya Megan menatap wajah Yolanda dalam.
Yolanda mengedipkan matanya pelan. Kalimat Megan terputar berulang di kepalanya. Apakah ia bakal baik-baik saja saat melihat sahabatnya menikahi sang mantan?
"Lo serius?", tanya Yolanda dengan suara yang sedikit serak.
"Gue serius. Kita nggak bakal bisa mundur kecuali gue ada alasan jelas. Misalnya, gue bakal nikah sama lo bukan Sela", terang Megan sedikit memelan di akhir kalimat.
Yolanda menutup mulutnya rapat. Ia sedang berusaha menenangkan diri. Yolanda tak bisa terkecoh oleh kalimat yang keluar dari mulut mantannya. Ini sudah bukan urusannya. Jika memang mereka akan menikah, biar saja mereka menikah.

KAMU SEDANG MEMBACA
MY CUPU BOYFRIEND
Teen FictionYolanda Melviana. Gadis super galak nan jutek dari SMA Angkasa. Setiap harinya diisi kelakuan super bar-bar yang sudah tidak dapat dikontrol lagi olehnya. "Wehh minggir lo pada! Princess cantik mau lewat", kelakar gadis itu. "Kiw kiw cowo, cakep a...