"Sebelumnya maaf sekali kalau lancang. Sebenarnya saya sama Yolanda sudah pacaran dua hari yang lalu," ujar Septa dengan lugunya.
"HAH?" pekik Mirna dan Davin yang sama terkejutnya.
Damar nyaris tersedak saat ia hendak menyesap kopinya. Kalimat yang Septa ucapkan membuat orang seisi rumah terkejut bukan main.
"Lo yang bener aja bang? Masa iya pacaran sama si mutan?" tanya Davin dengan raut wajah tak percaya.
"Saya benar-benar sayang sama Yolanda, om. Saya juga akan berusaha keras supaya nggak bikin Yolanda, om dan tante kecewa," lanjut Septa tak mengindahkan apapun yang terjadi di sekitarnya.
Yolanda sudah menggigiti ujung kukunya cemas. Ia hanya bisa berdoa dengan khusyuk agar papanya memberikan kelonggaran kepada Septa.
"Oh jadi kamu yang bikin putri saya cemberut seharian?" tanya Damar akhirnya membuka suara.
Mirna mendudukkan diri di samping sang suami. Ikut menatap ke arah Septa yang masih berusaha tetap stay cool.
"Maksudnya om?" tanya Septa tak mengerti arah pembicaraan si calon mertua.
"Bukan apa-apa," potong Yolanda tiba-tiba masuk ke ranah pembicaraan.
"Udah ayo, katanya mau ngajak jalan," lanjut Yolanda menepuk bahu Septa pelan.
"Kan dia lagi minta izin. Tunggu sebentar dong kak," tegur Mirna berusaha membuat Yolanda sedikit sabar.
Suasana awkward perlahan mencair saat keberadaan Septa diberikan respon yang baik oleh Damar dan Mirna. Hanya Davin yang terlihat tidak senang saat mengetahui fakta bahwa kakaknya pacaran dengan Septa yang sudah dia anggap sebagai kakak sendiri.
"Cih, mau-maunya pacaran sama mutan modelan dia," cibir Davin beranjak naik ke lantai atas.
Sedangkan Yolanda, ia sangat bersyukur melihat papa dan mamanya yang mau menerima kehadiran Septa dengan penuh keramahan. Soalnya semenjak putus dengan Megan, Damar kalau overprotektif kalau Yolanda lagi dekat dengan lawan jenis. Ia takut putrinya disakiti lagi oleh mereka-mereka.
"Baru pacaran dua hari ya?" tanya Damar dengan wajah sumringah.
"Iya om," balas Septa tersenyum kecil.
"Lagi romantis-romantisnya ya. Yaudah sana gih kalo mau main. Tapi, jangan sampai larut malem ya," pesan Damar kepada Septa yang mengangguk patuh.
"Mama juga izinin. Tapi, nanti mama nitip beliin sesuatu ya," timpal Mirna seraya tertawa meledek.
Yolanda tersenyum malu. Ia bergegas mengajak Septa untuk segera berdiri. Meraka berpamitan kepada orang tua Yolanda yang mengantar keduanya sampai di depan pintu.
"Papa ih, 'kan bisa di dalem aja," bisik Yolanda saat mencium punggung tangan papanya.
"Biarin, suka-suka papa lah," sahut Damar dengan sengaja meledek anak gadisnya.
"Pamit om, tante," ucap Septa setelah menyalami kedua punggung tangan orang tua Yolanda.
"Iya-iya, hati-hati ya nak di jalannya. Jangan ngebut-ngebut," pesan Mirna seraya melambaikan tangan.
Septa melajukan motor dengan kecepatan rata-rata. Membiarkan Yolanda menghirup udara luar dengan wajah yang berseri-seri. Septa belum berani buka mulut di depan Yolanda yang sepertinya masih terlihat sedikit badmood.
"Ini motor siapa?" tanya Yolanda tiba-tiba.
Pasalnya, Septa tiba-tiba saja mengajaknya kencan dan membawa motor matic berwarna hitam yang Yolanda sendiri tidak tahu darimana Septa mendapatkannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
MY CUPU BOYFRIEND
Fiksi RemajaYolanda Melviana. Gadis super galak nan jutek dari SMA Angkasa. Setiap harinya diisi kelakuan super bar-bar yang sudah tidak dapat dikontrol lagi olehnya. "Wehh minggir lo pada! Princess cantik mau lewat", kelakar gadis itu. "Kiw kiw cowo, cakep a...