31. Ngambek

391 132 14
                                        

"Lo kenapa sih diem mulu daritadi?" protes Yolanda sepanjang perjalanan pulang.

"Gapapa, udah diem dulu," balas Septa masih fokus mengendarai sepeda motornya.

Yolanda berdecak sebal karena sedari tadi Septa hanya diam. Lebih tepatnya tepat sesudah mereka keluar dari tempat penjual baju 'haram' saat di mall setengah jam yang lalu.

Mereka sudah sampai di rumah. Yolanda juga membawa beberapa barang pesanan mamanya seperti sayuran dan bumbu-bumbu masak yang setiap hari Mirna butuhkan.

"Yolanda pulang," teriak Yolanda sambil berjalan masuk menenteng belanjaannya.

Septa mengekor di belakang. Wajahnya masih lempeng dengan tangan yang lebih penuh belanjaan titipan calon mama mertua.

"Oh kamu udah pulang? Sini-sini belanjaannya," balas Mirna mengajak Septa ke dapur.

Laki-laki itu menurut. Ia berjalan mengekor di belakang Mirna. Septa juga membantu Mirna memasukkan barang belanjaan titipan Mirna.

"Aduhh baik banget kamu. Mau minum apa? Biar tante bikinin," tawar Mirna dengan baik hati.

"Apa aja tante," sahut Septa sopan.

"Udah nggak usah ma. Yolan udah bikin," potong Yolanda sambil membawa segelas jus buah naga.

"Aduh so sweet amat kamu. Yaudah deh, mama tinggal dulu ya," ledek Mirna sambil mencolek lengan Yolanda dengan manja.

Anak gadisnya justru berdecih ringan. Dengan gerakan cepat, Yolanda menyodorkan gelas itu ke depan wajah Septa.

"Minum," ucap Yolanda dengan penuh nada paksaan.

"Nanti," balas Septa masih sibuk menaruh barang belanjaan.

"Lo kenapa sih? Gue salah apa deh sama lo?" tanya Yolanda yang benar-benar tidak mengerti tindakan maksud tindakan Yolanda.

"Gue gapapa. Sana duduk dulu," usir Septa mengibaskan tangannya.

Yolanda dengan sewot meletakkan gelas berisi jus itu begitu saja. Gadis itu melenggang pergi ke lantai atas. Meninggalkan Septa yang masih diam tanpa melakukan aksi.

Melihat gadisnya sedang merajuk, Septa cepat-cepat berjalan menuju Yolanda. Tangannya menahan tubuh Yolanda yang hendak naik ke anak tangga yang lebih tinggi.

"Apa?" delik Yolanda galak.

"Maaf, gue malu jelasinnya sama lo," ucap Septa tak berani menatap mata Yolanda.

Yolanda mengerut bingung. Septa kenapa sih? Tiba-tiba banget kaya gini.

"Lo mau cerita sesuatu?" tanya Yolanda sedikit melunak.

Melihat Septa yang mengangguk pelan, Yolanda akhirnya mau menurunkan sedikit gengsinya. Ia mengajak Septa untuk menuju taman belakang rumah. Tempat dimana Reddie berada.

"Duduk sini," ucap Yolanda mengajak Septa untuk duduk di kursi yang berada di dekat kandang Reddie.

"Mau cerita apa?" lanjut Yolanda setelah memastikan Septa sudah duduk dengan nyaman.

Ekor mata Septa terlihat melirik kesana-kemari. Sepertinya ia sedang berusaha menyusun kalimat yang bagus untuk disampaikan kepada kekasihnya.

"Jadi.. sebenernya gue malu pas di toko underwear tadi. Masa Lo dengan pedenya berlaku begitu sama gue? Gini-gini gue cowok normal, Yolanda," ujar Septa dengan nada yang sangat pelan.

"Terus kenapa? Gue 'kan nggak minta lo buat beliin atas nama lo," tanya Yolanda masih belum mengerti arah pembicaraan keduanya.

"Ya seharusnya lo nggak begitu jadi perempuan. Jangan bikin cowok kaya gue jadi terlihat rendah di mata orang lain. Gue tau, mungkin kalian para perempuan cuma bercanda. Tapi buat gue, itu nggak layak buat disebut candaan Yolanda. Gue malu," terang Septa tak berani menatap ke mata Yolanda.

MY CUPU BOYFRIEND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang