25. Jadian?

451 133 2
                                        

"Jadi, lo beneran bakal nikah sama Megan minggu depan?" ulang Yolanda saat mendengar cerita dari mulut Sela.

Mereka sedang duduk-duduk santai di kursi taman belakang. Yolanda mengusulkan supaya tidak masuk ke kelas saja daripada kena damprat lagi oleh guru geografi mereka.

"Iya. Lo gapapa 'kan?" balas Sela dengan pertanyaan yang sudah diulanginya berulang kali.

"Gue sih gapapa. Tapi lo yakin bakal bisa hidup sama dia selamanya? Menikah itu ibadah paling panjang, Sela," terang Yolanda masih berusaha menggagalkan rencana pernikahan mereka.

"Lo segitu nggak sukanya gue nikah sama Megan ya, Lan?" tanya Sela balik.

Yolanda buru-buru menggeleng cepat. Ia bukan tidak suka karena masih cinta, tapi ia hanya ingin yang terbaik untuk diri Sela baik untuk sekarang ataupun di masa depan nanti.

"Gue cuma nggak mau lo nikah main-main terus cerai. Apalagi kalian masih muda gini," balas Yolanda sebisanya.

"Kita cuma nikah sah secara administrasi, aslinya gue sama kak Megan tetep tinggal terpisah kok. Ini cuma pernikahan diatas kertas Yolanda..," ujar Sela memelan di akhir kalimat.

Yolanda menghela nafas pelan. Ia tidak bisa memaksa temannya untuk menuruti semua perkataannya. Sadar kalau usahanya tidak akan berhasil, Yolanda akhirnya memilih untuk memberikan support yang terbaik kepada Sela.

"Kalo emang keadaannya begitu, yaudah gapapa. Tapi, kalo Megan ngapa-ngapain Lo tanpa izin dari lo, gue bakal maju paling depan buat ngebela lo, Sela," putus Yolanda.

Kalimat dari Yolanda mampu menghangatkan hati Sela. Gadis berambut panjang itu reflek memeluk Yolanda dengan erat. Yolanda yang biasanya tidak suka skinship pun akhirnya membalas pelukan sobatnya.

"Eh nanti balik main ke rumah gue yuk? Sekalian mau ngajak jajan lip product. Kemarin gue liat ada yang shade-nya cakep banget," ajak Sela dengan mata yang berbinar.

Yolanda mengiyakan ajakan temannya. Walaupun ia tidak terlalu suka bersolek dan hanya memiliki sedikit produk make-up, ia tetap suka berkunjung ke tempat-tempat seperti itu. Hitung-hitung menyenangkan hati teman.

Mereka kembali ke kelas saat bel masuk berbunyi. Keduanya asik cekikikan saat melihat berbagai macam tatapan teman sekelasnya malayang ke arah keduanya.

"Iri bilang bos," ledek Yolanda sambil tersenyum miring.

Dilain ruangan, Septa sedang terduduk termangu. Pikirannya kosong tanpa ada keinginan untuk mengisinya dengan apapun itu. Tatapannya menatap jauh ke arah sana.

"Septa," panggil Melinda sambil memegang bahu Septa.

Septa yang memang sedang melamun, ia terkejut dengan memberikan reaksi yang sesuai harapan pembaca. Bahu laki-laki itu berjengit pelan.

"Kenapa? Kaget ya?" tanya Melinda sambil tertawa kecil.

"Ada apa?" tanya Septa balik. Ia sedang tidak ingin terlalu basa-basi.

"Lo udah nemu katak buat praktikum 'kan? Sorry banget kemarin gue ninggalin lo. Tapi, lo tau sendiri 'kan kemarin baju gue basah kena cipratan air," terang Melinda lengkap dengan ekspresi yang sedikit dibuat-buat.

"Iya gapapa. Udah ada, udah gue taro di lab praktikum," sahut Septa singkat.

Pandangan laki-laki teralih ke arah pintu masuk kelasnya. Tiba-tiba ia mengharapkan kehadiran gadis cerewet yang cukup ia rindukan hari ini.

"Gue harap lo nyamperin gue," gumam Septa tanpa sadar.

"Lo ngomong apa, Ta?" tanya Melinda yang ternyata mendengar gumaman Septa.

MY CUPU BOYFRIEND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang