"Gue rasa Sela diculik, Lan," ucap Davin serius.
Wajah Yolanda berubah pias. Binar-binar kebahagiaan di wajahnya mulai surut perlahan. Yolanda terlihat seperti manusia yang kehilangan arah.
"Yolanda? Hei, lo gapapa?" tanya Davin menggoyangkan bahu kakaknya pelan.
"T-terus sekarang Sela dimana?" tanya Yolanda terbata.
"Di lapangan deket sekolah," balas Davin.
Tak menunggu lama, laki-laki itu menggaet tangan Yolanda yang sempat mematung beberapa saat. Mereka berjalan cepat ke tempat dimana sepeda motor mereka terparkir.
"Yolan, jangan terlalu panik. Ini baru spekulasi gue, mana tau Sela emang cuma main sama temen," ujar Davin berusaha menenangkan Yolanda yang terlihat semakin panik.
"Enggak, dia nggak ada temen selain gue. Sela juga bukan tipe cewek yang suka keluar malam," sanggah Yolanda yang tahu betul kebiasaan sobatnya itu.
"Ayo cepetan, gue nggak mau Sela kenapa-napa," lanjut Yolanda langsung naik ke boncengan motor.
Davin menuruti kemauan kakaknya. Ia langsung menyalakan motornya seraya berdoa supaya apa yang hendak mereka lakukan dapat terlaksana dengan baik.
"Pegangan, gue bakal lebih ngebut daripada tadi," perintah Davin melingkarkan tangan mungil Yolanda.
Yolanda hanya membiarkan Davin melajukan apapun semaunya. Ia hanya ingin cepat-cepat sampai ke lapangan tempat dimana Sela berada.
"Lo yakin dia benar-benar di sana?" tanya Yolanda di sela-sela perjalanan mereka.
"Gue nggak sepenuhnya yakin. Tapi, nggak ada salahnya kita coba kesana," sahut Davin semakin meningkatkan kecepatan kuda besinya.
Dengan kecepatan penuh, mereka bisa sampai di lapangan dekat sekolah dengan waktu 10 menit saja. Yolanda dengan langkah terburu-buru langsung melepas helmnya begitu saja. Meninggalkan Davin yang masih sibuk mengunci motornya.
"Yolanda! Tungguin gue," teriak Davin melihat kakaknya sudah berlarian masuk ke area lapangan.
Davin dengan langkah lebarnya bergegas menyusul sang kakak. Dilihatnya Yolanda memanggil-manggil Sela yang tidak mendapatkan sahutan.
"Sela! Sela! Lo dimana?" teriak Yolanda.
"Yolan..," lirih Davin meraih pergelangan tangan Yolanda.
Tatapan keduanya beradu. Nafas Yolanda yang mulanya tak beraturan, kini mulai terdengar teratur.
"Jangan teriak-teriak gitu, mending kita keliling sini dulu," ujar Davin mencoba memberikan pengertian.
Yolanda menuruti kemauan Davin lagi. Ia berjalan di samping Davin sambil melihat kesana-kemari. Mata elangnya menyisir lingkungan sekitar bak sedang mencari mangsa.
"Lo bisa lacak Sela lagi nggak, Vin?" tanya Yolanda yang baru kepikiran sesuatu.
Davin mengambil ponselnya. Ia mengetikkan nomor ponsel Sela yang ia dapatkan tadi. Hanya butuh beberapa detik, Davin sudah mendapatkan sebuah titik. Jaraknya sangat dekat dengan keberadaan mereka.
"Ada di dekat sini, Lan," bisik Davin ke arah Yolanda.
Pelan tapi pasti, mereka berjalan ke arah titik dimana Sela berada. Lebih tepatnya, ponsel gadis itu. Dibalik pohon beringin yang rindang, Davin mengintip sedikit ke arah sebaliknya. Di sana ia melihat seorang perempuan sedang terduduk diam sambil melamun. Jangan lupakan seragamnya yang lusuh dan rambut yang acak-acakan.
"Sela!" pekik Yolanda menghambur ke arah temannya itu.
Tak terduga, Sela mengacungkan sebuah pisau lipat ke arah Yolanda. Sontak membuat gadis itu melangkah mundur.

KAMU SEDANG MEMBACA
MY CUPU BOYFRIEND
Teen FictionYolanda Melviana. Gadis super galak nan jutek dari SMA Angkasa. Setiap harinya diisi kelakuan super bar-bar yang sudah tidak dapat dikontrol lagi olehnya. "Wehh minggir lo pada! Princess cantik mau lewat", kelakar gadis itu. "Kiw kiw cowo, cakep a...