Rabu pagi adalah salah satu hari kesukaan Yolanda. Karena, biasanya pak Anton tidak masuk kelas. Pak Anton adalah guru matematika yang notabenenya mata pelajaran yang sangat Yolanda benci. Bahkan ia rela masuk IPS karena tidak mau ketemu itung-itungan seperti matematika dan rumpunnya.
Hari ini ia berangkat bersama Davin. Pagi mereka terlihat cukup cerah, belum ada tanda-tanda kerusuhan diantara keduanya.
"Lo mau langsung ke kelas?" tanya Davin setelah menurunkan standar motornya.
"Iya, nape?" sahut Yolanda sambil merapikan tatanan rambutnya yang terlihat sedikit berantakan.
"Nanya doang," balas Davin nyelonong pergi.
Yolanda yang sudah biasa, ia hanya acuh. Turut berjalan di belakang tubuh tinggi tegap milik Davin yang mampu menutupi tubuh mungilnya. Yolanda yang sudah asyik bermain ponsel, tiba-tiba kepalanya terbentur sesuatu yang keras
Duk
"Anying!" umpat Yolanda mengelus dahinya yang belum sepenuhnya sembuh karena tragedi dua hari yang lalu. Jangan lupakan plester di lehernya yang masih menempel cantik.
"Lo ngap— lah?" belum sempat protes, Yolanda sudah dibuat kicep atas pemandangan yang ia dapati.
Disana terlihat beberapa perempuan-yang lebih tepatnya disebut cabe-cabean sedang mangkal menghadang langkah kaki Davin. Laki-laki itu terdiam, wajahnya mulai terlihat raut tidak mengenakkan.
"Pagi ganteng, ke kantin bareng gue yuk!" ajak salah satu dari mereka berambut sedikit pirang.
Yolanda yang masih berdiri di belakang Davin, ia hanya menyilangkan kedua tangannya ke dada. Menonton keributan pagi-pagi yang sudah disebabkan oleh adiknya.
"Ayo dong Davin, sarapan sama gue," ajak gadis berambut pirang tadi. Dilihat dari seragamnya sih namanya Rani Pramudita S.
"Iya ayo dong," timpal kedua teman Rani dari arah belakang.
"Sorry gue udah makan," tolak Davin langsung to the point.
Yolanda membuat ekspresi mengejek. Ternyata adiknya bisa jual mahal juga. Baru saja hendak mengajak adiknya naik ke atas, lengan kekar Davin sudah digaet lebih dulu oleh Rani. Gadis gatel itu bergelayut manja di samping adiknya.
"Ihh ayo dong Davin, sarapan sama gue," ujar Rani sok imut.
Yolanda yang sudah muak, ia langsung menerobos keduanya. Dengan acuh, ia langsung berjalan ke arah tangga menuju kelasnya. Mengabaikan tatapan tajam milik Rani yang sudah melayang sedari tadi.
"Heh lo! Sini nggak," teriak Rani tak terima atas perlakuan Yolanda.
Yolanda yang acuh, ia hanya memeletkan lidahnya. Jangan lupakan ekspresi mengejek yang ia tunjukkan. Davin cepat-cepat mengikuti langkah kaki kakaknya. Diam-diam ia berterimakasih kepada tindakan Yolanda. Gadis itu masih mau menyelamatkan dirinya saat krisis bersama cabe-cabean tadi.
"Gue agak gengsi sebenarnya but, thanks buat tadi," ucap Davin pelan.
Adik Yolanda itu langsung berjalan meninggalkan kakaknya. Naik ke lantai lebih atas menuju kelas X MIPA 1. Kelas yang Davin tempat selama beberapa bulan terakhir. Yolanda yang mendengar ucapan Davin, ia hanya bisa berdecak pelan.
"Gengsi kok diucapin," gumam Yolanda sambil bersiap masuk ke kelasnya.
Ia sudah mengambil ancang-ancang mana tau akan dikejutkan oleh kerandoman Sela. Setelah menarik nafas beberapa saat, Yolanda langsung membuka pintu kelas.
"HIYAKK!" teriak Yolanda seraya menjurus uler keket.
Pandangan anak kelas XI IPS 2 terarah pada Yolanda. Keheningan menyelimuti semuanya. Yolanda yang masih asyik dengan jurus uler keketnya dan teman sekelasnya yang menatap bingung ke arah gadis bar-bar itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/358769305-288-k196956.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MY CUPU BOYFRIEND
JugendliteraturYolanda Melviana. Gadis super galak nan jutek dari SMA Angkasa. Setiap harinya diisi kelakuan super bar-bar yang sudah tidak dapat dikontrol lagi olehnya. "Wehh minggir lo pada! Princess cantik mau lewat", kelakar gadis itu. "Kiw kiw cowo, cakep a...