24. Baikan

430 125 2
                                        

Pagi harinya, Yolanda terbangun cukup pagi. Setelah menunaikan ibadah subuhnya, gadis itu bergegas mandi di lantai bawah. Ia berniat membuat sarapan untuk orang rumah hari ini. Yolanda hanya membutuhkan waktu sebentar untuk mandi. Setelah berganti baju sekolah, gadis itu mulai berkutat dengan bahan-bahan yang ada di kulkas.

"Semalem nggak pada makan?" gumam Yolanda bertanya-tanya saat melihat nasi di magic com masih tersisa banyak.

Daripada dibuang, Yolanda akhirnya memutuskan untuk membuat nasi goreng. Berbekalkan bahan dan keterampilan seadanya, Yolanda mulai memotong bawang dan bumbu lain yang ia butuhkan. Yolanda membuat nasi goreng bawang yang ia sukai sedari kecil. Mamanya sering membuatkannya sebagai menu sarapan kilat.

Selain membuat nasi goreng, Yolanda juga membuat telur dadar yang diberikan sedikit potongan cabai dan daun bawang. Dengan bermodalkan iman dan takwa, Yolanda menyalakan kedua kompor. Satunya untuk masak nasi goreng dan satunya lagi untuk menggoreng telur.

Yolanda sudah berjibaku dengan kompor di depannya. Karena jarang memasak, ia sedikit ragu dengan rasa masakannya kali ini. Tapi, Yolanda tetap mengusahakan yang terbaik. Saat hendak mengambil kaldu ayam, Yolanda cukup kesusahan karena memang letakkan ada di rak yang cukup tinggi.

"Mau papa bantu?" seru sebuah suara dari belakang.

Yolanda berjengit kaget. Ternyata papanya sedang bersender di samping kulkas. Pria itu berjalan menghampiri putrinya yang masih terdiam dengan wajah yang terkejut.

"Itu nasinya diaduk, nanti gosong," tegur Damar menunjuk wajan berisi nasi goreng buatan Yolanda.

Yolanda bergegas membalikkan badan ke arah kompor. Ia mengaduk-aduk nasi diatas wajan. Tangan kekar papanya menyodorkan sekotak kaldu ayam yang sedang Yolanda cari tadi.

"Lain kali minta bantuan orang lain ya, kak," tegur Damar pelan.

Yolanda mengangguk kaku. Malu-malu ia menerima benda kotak itu. Gadis itu mencicipi masakannya sedikit. Tidak tahu bagaimana rasanya, Yolanda meminta bantuan pada papanya.

"Pa, tolong cicipin nasinya," ucap Yolanda menyodorkan sesendok nasi.

Damar dengan senang hati menerima suapan itu. Sembari meniupnya sebentar, ia langsung melahapnya dengan penuh semangat. Wajahnya terlihat mengerut sebelum akhirnya tersenyum kecil.

"Agak keasinan, tapi nggak papa kok. Bisa kasih kecap sedikit lagi," komentar Damar sehalus mungkin supaya Yolanda tidak sakit hati.

Putrinya menuruti perkataannya. Yolanda menuangkan sedikit kecap manis ke atas wajan. Mengaduknya lagi supaya tercampur dengan rata. Sekiranya sudah cukup, Yolanda mengambil satu sendok nasi lagi. Damar dengan senang hati membuka mulutnya.

"Nah ini baru pas. Pinter deh kesayangan papa," puji Damar tidak dibuat-buat.

Senyum sumringah muncul di wajah Yolanda. Gadis itu bergegas menyiapkan tempat nasi untuk menu sarapan mereka pagi ini. Damar dengan senang hati membantu putrinya menyiapkan sarapan.

"Duh romantis amat sama anak sendiri. Sama istrinya kapan tuh?" sindir Mirna dari belakang.

Damar tertawa kecil. Ia memberikan kecupan pelan pada pipi sang istri. Mirna berdecak salting karena malu kalau-kalau Yolanda melihatnya.

"Udah biasa kok, Ma. Aku nggak iri," ucap Yolanda sambil menenteng piring berisi telur dadar.

"Kamu bikin ini semua kak?" tanya Mirna sedikit kagum.

"Iya, enak banget loh ma. Coba cicipin," balas Damar yang selalu excited akan apa yang dilakukan Yolanda.

Mirna mengambil sebuah sendok. Ia mencicipi makanan buatan putrinya. Binar matanya tidak berbohong. Walaupun tidak seenak buatan abang-abang atau miliknya, tetapi makanan ini masih bisa dimakan dan bahkan layak untuk dibagikan kepada orang lain.

MY CUPU BOYFRIEND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang