Yolanda dan Sela sudah kembali ke kelas mereka. Gadis itu sudah memakai pembalut karena ia tidak tahu kalau hari ini adalah hari pertama ia menstruasi. Mereka tentu saja diizinkan masuk walau terlambat karena alasan yang jelas.
"Tugas minggu kemarin yang saya berikan dapat dikumpulkan kedepan ya anak-anak", ujar ibu Melan selaku guru sejarah.
Yolanda membuka tasnya. Keberuntungan masih berpihak pada gadis itu. Setidaknya tugas hari ini ia bawa dan tidak ketinggalan seperti bak di drama pada hari-hari yang lalu.
"Kamu tadi kenapa di UKS, Yolanda?", tanya Bu Melan saat Yolanda sedang mengumpulkan tugasnya.
"Nyeri perut Bu, hari pertama hehe", sahut Yolanda tersenyum tipis.
"Oh begitu. Yaudah, coba dikontrol emosinya ya, tetap perhatikan penjelasan ibu", peringat Bu Melan.
Yolanda mengangguk takzim. Tanda kalau ia benar-benar memahami maksud perkataan Bu Melan. Se-ngantuk apapun Yolanda, ia tetap tidak bisa tidur di kelas walaupun pelajaran sejarah sedang berlangsung.
Cara penyampaian Bu Melan sambat menarik. Membuat Yolanda mau tak mau mendengarkan penjelasan guru muda itu dengan seksama.
"Baik anak-anak, presentasinya dimulai sesuai kemauan ibu ya", ujar Bu Melan membuka sesi presentasi.
Kalau Bu Melan sudah bersabda demikian, maka biasanya hanya orang random saja yang akan terpilih untuk maju. Yolanda santai saja. Sekalipun ia yang terpanggil, gadis itu tetap siap menjelaskan isi posternya.
"Lo santai amat?", tegur Sela yang melihat Yolanda cukup anteng hari ini.
"Gue udah belajar. Tau sendiri gue demen banget sama pelajarannya Bu Melan", balas Yolanda tersenyum kecil.
Sela bergidik ngeri. Yolanda kalau lagi haid itu serem-serem menyenangkan anaknya. Bisa tiba-tiba ceria begini, bisa juga secara tiba-tiba marah-marah tidak jelas. Udah absurd, makin gak jelas lagi anaknya.
"Gue gak ikutan dah", gumam Sela sambil hafalan tentang materi presentasi posternya.
Sedangkan di lain tempat, Septa sedang duduk termenung di bangkunya. Ia duduk sendirian, tidak ada yang menemani kecuali demit.
Dengan bertopang dagu, laki-laki itu berpikir keras apa salahnya dengan Yolanda sampai-sampai gadis itu marah dengannya seperti ini.
"DOR!", teriak Melinda dari belakang.
Bahu Septa berjingkat pelan. Tidak ada umpatan yang keluar, hanya helaan nafas efek terkejut.
"Lo kenapa?", tanya Melinda sata melihat ekspresi lesu Septa.
"Enggak", balas Septa singkat. Ia ikutan tidak mood seperti Yolanda.
Melinda mengambil posisi duduk di depan laki-laki itu. Kelas mereka sedang kosong, hanya diberikan tugas yang jelas sudah diselesaikan oleh anak-anak jenius MIPA.
"Lo berantem sama cewek lo?", tanya Melinda tepat ke pokok permalasahan yang Septa hadapi.
"Kok lo tau?", tanya Septa balik.
"Tau apaan?", beo Melinda bingung maksud pertanyaan Septa.
"Gue pacaran sama Yolanda", sahut Septa mulai menaruh perhatian pada lawan bicaranya.
"Tau lah! Semua orang disekolah ini udah tau kayaknya", balas Melinda yang ikut senang karena Septa sudah excited.
"Kalo kata gue, samperin bujuk dia. Bawa apa kek, misal bawa coklat atau eskrim. Nggak perlu yang mahal yang penting niatnya", lanjut Melinda terdengar tulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY CUPU BOYFRIEND
Teen FictionYolanda Melviana. Gadis super galak nan jutek dari SMA Angkasa. Setiap harinya diisi kelakuan super bar-bar yang sudah tidak dapat dikontrol lagi olehnya. "Wehh minggir lo pada! Princess cantik mau lewat", kelakar gadis itu. "Kiw kiw cowo, cakep a...