Jam istirahat pertama sudah berdering. Karena Sela tidak berangkat, Yolanda sedikit malas untuk pergi ke kantin. Apalagi mantannya yang sudah pasti ada disana. Apakah Yolanda tidak punya teman lain selain Sela? Tentu saja ada. Tetapi, Yolanda bukanlah tipe orang yang gampang klop dengan sembarang orang. Mulutnya susah dikontrol, takut-takut kalau Yolanda mengatakan sesuatu yang cukup kasar kepada orang tadi, lalu mereka sakit hati dan justru menjauhinya.
"Ah bodoamat lah. Namanya juga tempat umum, ya jelas bakal ketemu," gumam Yolanda seraya beranjak berdiri.
Gadis itu mulai melangkahkan kakinya ke kantin. Dengan tempo berjalan yang sedikit cepat, Yolanda langsung memasuki area kantin yang sudah penuh sesak warga sekolah yang kelaparan.
Setelah mengembuskan nafasnya pelan, Yolanda ikut merangsek maju untuk mengantisipasi kemungkinan terburuknya, yaitu kehabisan makan siangnya. Saat ini, Yolanda sedang menyerobot jalan kesana kemari supaya bisa mendapatkan makanan lebih cepat. Belum sempat sampai di depan stand kantin, dirinya sudah bertatapan dengan Septa yang baru selesak menaruh risol. Kantong plastik di tangan kirinya terlihat kosong.
"Septa!" panggil Yolanda sambil melambaikan tangan meminta bantuan.
Laki-laki itu menarik lengan Yolanda. Mengakibatkan gadis itu bisa keluar dari sesaknya orang-orang yang berdesakan. Mereka berdiri tepat di depan meja risol buatan Septa yang sudah setengah habis.
"Gila! Ini orang-orang pada kelaperan atau gimana sih?" keluh Yolanda masih mencoba menetralkan nafasnya.
Diam-diam Septa menarik senyum tipisnya. Reaksi Yolanda bagaikan siswi yang jarang ke kantin saat melihat keadaan kantin yang super tidak kondusif. Merasa diperhatikan, Yolanda langsung menengok ke arah Septa. Laki-laki itu memalingkan wajahnya. Malu kalau ke gap sudah memandangi Yolanda selama itu.
"Lo ngeliatin gue?" tanya Yolanda menatap Septa.
"Enggak," elak Septa cepat.
"Berarti lo bener liatin gue. Kenapa? Gue cantik?" tanya Yolanda lagi. Jangan lupakan senyum mematikan yang sudah gadis itu layangkan.
Septa menelan salivanya sendiri. Saat ini, Yolanda memang sengaja berkata seperti itu atau sedang berusaha menggodanya?
"WOI RISOL!" panggil sebuah suara dari belakang.
Keduanya menengok. Bertatapan langsung dengan Andra yang beberapa hari lalu ketahuan mem-bully Septa. Yolanda mendengar sebal. Kenapa ia harus ketemu manusia-manusia kurang ajar seperti itu lagi?
"Dia masih suka nge-bully lo?" cegah Yolanda saat melihat Septa yang hendak menghampiri ke arah Andra.
"Enggak. Lo sini aja, atau sana cari makanan," ucap Septa seolah tak mau diikuti.
Yolanda mengiyakan ucapan Septa. Lain di mulut, lain di kenyataannya. Yolanda justru mengekor di belakang Septa. Ia ingin memberikan ancaman kepada Andra and the gang, supaya tidak mem-bully siapapun lagi ke depannya.
"Ada apa?" tanya Septa seraya mendekat.
Heran karena Andra yang hanya diam saja, Septa berniat mengulangi pertanyaannya lagi. Belum sempat mengucapkan kalimat, Septa yang sadar sesuatu langsung membalikkan badannya.
Duk
Septa merasa sesuatu sudah menabrak dada kurusnya. Ternyata itu adalah kepala Yolanda yang memang berdiri tepat di belakang seorang, sambil mengancam Andra melalui gerakan bibir.
"Ngapain kesini? Cari makan sana," tegur Septa mendorong dahi gadis kepala itu.
"Gue mau ngancem mereka bentar," sahut Yolanda lempeng.

KAMU SEDANG MEMBACA
MY CUPU BOYFRIEND
Novela JuvenilYolanda Melviana. Gadis super galak nan jutek dari SMA Angkasa. Setiap harinya diisi kelakuan super bar-bar yang sudah tidak dapat dikontrol lagi olehnya. "Wehh minggir lo pada! Princess cantik mau lewat", kelakar gadis itu. "Kiw kiw cowo, cakep a...