28. Boyfriend Material

187 69 1
                                    

Mobil putih Damar sampai di SMA Angkasa tepat pukul 06.55. Sebentar lagi masuk, hal ini membuat anak-anaknya serta Septa harus berlarian masuk ke sekolah.

"Pa, Yolanda berangkat ya. See you nanti", pamit Yolanda buru-buru.

Damar hanya bisa melambaikan tangan. Ia tahu betul tabiat disiplin Yolanda yang diwariskan darinya. Beda lagi dengan Davin yang justru berjalan santai masuk ke gedung sekolahnya.

"Davin! Cepetan itu keburu ditutup gerbangnya", peringat papanya dari balik jendela mobil.

Davin melambaikan tangan acuh. Ia tetap berjalan santai hingga tepat sebelum pintu gerbang ditutup, anak itu sudah masuk ke dalamnya. Sedangkan Septa dan Yolanda, keduanya sudah berjalan di area koridor gedung IPS.

"Lo ke kelas aja, gue bisa sendiri kok", ucap Yolanda saat sadar kalau Septa mengikuti langkahnya sampai ke gedung kelasnya.

"Gapapa. Gue bisa alesan mampir kantin naro risol dulu", balas Septa santai.

Mendengar penuturan sang kekasih, Yolanda jadi bertanya-tanya.

"Loh iya, mana kotak risolnya? Biasanya 'kan dibawa pas berangkat sekolah", tanya Yolanda saat sadar kalau Septa tidak menenteng kotak risol kesayangannya.

"Tadi diborong Tante. Katanya mau dibawa arisan sama temennya", balas Septa sambil melirik sebentar ke arah Yolanda.

"Mama beli semua risol lo?", beo Yolanda keheranan.

"Iya. Udah sampai kita", balas Septa menghentikan langkah kakinya di depan kelas Yolanda.

Gadis itu masih berdiri di hadapan Septa. Ia bingung harus ngapain lagi. Suasana canggung meliputi keduanya. Sampai pada akhirnya munculah guru akuntansi yang hendak masuk ke kelas Yolanda.

"Kalian ngapain disini? Nggak mau masuk?", tegur pak Latif selaku guru akuntansi.

"Eh iya pak ini mau masuk", balas Yolanda gelagapan.

"Kamu anak kelas ini bukan?", tanya pak Latif yang merasa tidak pernah melihat Septa di kelas tempatnya mengajar.

"Bukan pak, saya anak IPA. Permisi pak", balas Septa sekaligus berpamitan untuk segera masuk ke kelasnya.

Yolanda terkikik geli. Septa sangat lucu kalau sedang salah tingkah seperti itu. Pak Latif yang melihat kelakuan Yolanda, dengan gemas ia menepuk bahu anak gadis itu.

"Masuk, malah cengengesan begitu", tegur pak Latif menyuruh Yolanda untuk segera masuk.

Cepat-cepat gadis itu melangkahkan kakinya menuju kelas. Wajahnya terlihat merah padam karena teguran pak Latif. Sela yang sudah duduk anteng pun terheran-heran melihat kelakuan sobatnya itu.

"Lo kenapa?", bisik Sela sambil melirik ke arah Yolanda yang baru mendudukkan pantatnya.

"Gapapa. Nanti aja ceritanya", balas Yolanda masih senyum-senyum sendiri.

Sela menggeleng heran. Terakhir kali ia melihat Yolanda seperti ini adalah saat gadis itu datang ke fan meeting idol group kesukaannya setengah tahun yang lalu. Tentu saja, Yolanda datang ke event itu untuk menghibur diri setelah putus dengan Megan saat itu.

Keduanya mengikuti pelajaran dengan khidmat. Walaupun sedikit mengantuk, Yolanda tetap berusaha keras untuk menahan rasa ingin tidurnya. Ia harus berubah, setidaknya agar nilainya semakin bagus.

Sedangkan Septa, ia masuk ke kelasnya saat Bu Marni mengajar matematika peminatan.

Tok tok tok

"Masuk", sahut Bu Marni.

Septa nyelonong masuk sambil sedikit tersenyum canggung. Setelah menjelaskan situasi yang sebenarnya, Septa langsung dipersilahkan duduk ke tempatnya. Tidak banyak reaksi yang anak itu dapatkan. Septa bukan anak yang memiliki banyak teman. Tapi, ada satu gadis yang penasaran tentang apa yang sudah Septa lakukan hari ini.

MY CUPU BOYFRIEND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang