"Lo sama Megan abis ngomongin apaan?", tanya Yolanda saat bel istirahat kedua berbunyi.
"Biasa. Bahas rencana hari pernikahan", balas Sela lesu.
"Lemes amat, mau kabur nggak?", timpal Yolanda jahil. Tangan gadis itu mengambil dua sendok penuh sambal untuk dimasukkan ke dalam seporsi mie ayamnya.
"Enggak. Mau gimanapun yang terjadi, gue bakal tetep nikah sama dia", kekeuh Sela memegang erat garpu di tangan kanannya.
"Iya-iya, udah itu turunin garpunya. Galak amat kayak kucing mau kawin", tegur Yolanda seraya mengaduk campuran bumbu makan siangnya.
Keduanya sudah duduk berhadapan di meja kantin. Suasananya cukup ramai, didominasi anak kelas 12 yang sudah keluar lebih dulu.
Yolanda menatap ke sekeliling. Ia sedang mencari keberadaan kekasihnya. Nihil, ia tidak bisa menemukan sosok tinggi kurus kesayangannya.
"Nyariin Septa?", tanya Sela yang peka akan gerak-gerik Yolanda.
"Eh? Lo kok tau?", tanya Yolanda yak membantah.
"Tau lah, lo nyariinnya terang-terangan gitu", sahut Sela sambil memasukkan suapan besar bakso ke mulutnya.
"Tapi semenjak lo pacaran sama Septa, banyak yang berubah tau, baik dari diri lo maupun hubungan kalian", lanjut Sela dengan mulut yang penuh dengan makanan.
Yolanda mengerutkan kening. Sela ini kalau ngajak Yolanda ngobrol pasti sambil melakukan hal lain. Kaya gini misalnya, Yolanda 'kan jadi sebal.
"Lo kalo mau makan, makan aja. Jangan sambil ngomong gitu", tegur Yolanda seraya menyodorkan tisu.
Sela menerima uluran benda itu dengan senyum lebar di wajahnya. Setelah menelan baksonya dengan baik, Sela hendak melancarkan kembali aksinya.
"Lo sama Septa tuh udah cucok bingitss, awas aja kalo nggak sampe pelaminan", ujar Sela terkikik geli.
Yolanda menggelengkan kepalanya heran. Sela pikirannya selalu tidak bisa ditebak. Meskipun demikian, Yolanda tetap menyayangi sobat kaya-nya itu.
"Septa mana ya?", gumam Yolanda seraya beranjak menuju stand kantin. Alibinya sih mau beli es lagi.
Yolanda mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kantin. Berusaha menemukan keberadaan sang kekasih.
"Ck, tuh anak dimana sih?", decak Yolanda sambil mengambil ponsel di saku celananya.
Tak sadar kalau laktan manusia semakin membludak, ubuh Yolanda terdesak oleh orang lain yahh mengantre makanan dengan tidak sabar.
"Woi sabar ngape! Dikira lo doang yang mau makan di mari?", teriak Yolanda marah-marah.
Tubuh gadis itu masih terdorong, hingga akhirnya Yolanda tak sengaja menginjak tali sepatu orang lain sehingga membuat tubuhnya nyaris kepeleset.
Bruk
Yolanda memejamkan matanya erat. Sudah bersiap menanggung segala rasa malu kalau-kalau ia jatuh di tengah-tengah kantin. Meskipun sudah Yolanda tunggu-tunggu dari tadi, tubuhnya tak kunjung jatuh ke tanah.
Dengan pelan, Yolanda memberanikan diri untuk membuka mata. Diam-diam ia merapalkan doa di dalam hati, supaya siapapun yang pertama kali ia lihat saat membuka mata, bukan lah orang yang ia benci.
"Lo gapapa?", tanya sebuah suara berat yang menerpa lembut ke wajah Yolanda.
Damn! Rahang yang tegas dipadukan dengan hidung lancip yang laki-laki itu miliki. Jangan lupakan alis tebal dan bulu mata yang lentik itu. Senyum perlahan terukir di wajah indah itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
MY CUPU BOYFRIEND
Ficção AdolescenteYolanda Melviana. Gadis super galak nan jutek dari SMA Angkasa. Setiap harinya diisi kelakuan super bar-bar yang sudah tidak dapat dikontrol lagi olehnya. "Wehh minggir lo pada! Princess cantik mau lewat", kelakar gadis itu. "Kiw kiw cowo, cakep a...