Wang Yibo menelan ludahnya kasar karena malam ini sang istri menemukan lipstik ada di kantong jas kerja miliknya. Mereka sekarang saling berhadapan. Wang Yibo yang ketar-ketir dan Xiao Zhan yang berwajah datar.
Ada guratan kecewa di dalam manik hitam Xiao Zhan. Sebisa mungkin dia menahan agar tidak membunuh suaminya sekarang, detik itu juga. Kedua tangannya mengepal kuat. Yibo melihat air di pelupuk mata sang suami. Demi apapun dia sekarang merasa jahat pada Xiao Zhan.
"Apalagi ini?"
"Aku berani sumpah itu bukan milik siapapun."
Graab!
Zhan menarik kerah sang suami yang tingginya melibihi dia lima senti. "Kau kira aku percaya? Lalu milik siapa, ha?"
Tes
Sakit, Zhan berusaha percaya dengan keyakinannya jika Wang Yibo itu sudah berubah. Namun apa, dia mendapat laporan dari Kuan Ge jika Yibo kembali masuk ke club dan keluar pukul dini hari.
"Kuan Ge melihatmu keluar dari club. Kau keluar dengan membawa wanita ke hotel! Apalagi yang akan kau katakan?"
"Zhan sumpah. Aku tidak menyentuhnya."
"Hentikan!" Zhan sudah cukup bersabar. Kali ini dia benar-benar marah. Dia mendorong Yibo hingga empunya mundur beberapa langkah. Zhan juga melihat Yibo dengan wajah sedihnya. Apa dia keterlaluan?
"Jangan tidur di kamar malam ini."
"Zhan hei. Kita bicarakan baik-baik."
"Hentikan! Diam! Terserah malam ini kau tidur dimana asal mataku tidak melihatmu." Xiao Zhan bahkan enggan menatap Yibo. Rasanya benci sekali melihat wajah Yibo.
"Zhan." Yibo hendak meraih tangan sang suami namun Zhan langsung pergi ke kamar.
Tinggallah manusia satu ini dengan segala pikirannya yang buntu. Ini karena foto kiriman Kuan Ge yang membuat Yibo kenak marah. Wang Yibo yang lelah pun merebahkan dirinya di sofa ruang tamu. Melempar jam tangan yang tadinya melekat di tangannya.
Bruk
Yibo mensejajarkan tubuhnya kemudian tidur. Dia menutup matanya dengan lengan. Sungguh melelahkan.
Sedangkan seorang anak yang ada di kamarnya menatap langit kamarnya. Dia ikut menenggak ludahnya sendiri. Suara yang ibu sangat menakutkan ketika marah. Dia semakin tidak bisa tidur karena dia sendiri barusaja membuat masalah di sekolah. Dia duduk lalu membuka lacinya. Terdapat surat yang berlogo sekolahnya. Itu surat panggilan ke sekolah.
"Mati aku." Juan, anak itu tumbuh menjadi anak yang baik dan penyayang. Saking sayangnya dia sampai mengorbankan sekolahnya untuk membela ibunya yang terus mendapat cacian dari teman sekolahnya.
Yizhan
Pagi menjelang, di ruangan makan Xiao Zhan sama sekali tidak menatap Yibo namun masih mengambilkan lauk dan melayani pria itu. Perang dingin dilancarkan oleh Xiao Zhan. Untung dia tidak meminta cerai detik itu juga.
"Juan. Kemana jasmu?" Yang dimaksud Xiao Zhan adalah blazer sekolah hari ini dia memakai itu.
"Ah, lupa."
"Biar kuambilkan."
"Iya."
Kemudian Zhan bangkit tampa menoleh pada Yibo yang sejak tadi menatapnya.
"Ayah bertengkar lagi dengan ibu?"
"Biasa." Dengus Yibo. "Hei. Bibirmu luka lagi. Itu baru, kan?"
Deg
Gawat!
Karena diingatkan soal luka, Juan lupa meletakkan surat itu kembali ke laci. Dengan cepat dia melesat ke kamarnya. Meninggalkan perasaan janggal di hati Yibo. Juan berlari sampai di pintu kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Little Whoreson S2
HumorBagaimana jika kenalakan Yibo menurun ke anaknya Proses pdf