32

501 66 7
                                    

Gugup, perasaanya gugup ketika melihat Yuan yang berdiri di depannya membuka pintu rumah, hanya memakai kaos putih lengan pendek, lalu celana pendek selutut. Tidak lupa sendal jepit rumah.

Remaja berambut coklat gelap itu mengerutkan dahinya ketik melihat Juan di depan rumah dengan bayi?

"Apa yang kau lakukan di rumahku?"

Juan tidak tahu harus menjawab apa jadi hanya tersenyum canggung dan menggaruk leher.

"Maafkan aku. Hanya aku tidak tahu harus kemana." Juan bohong. Lagipula dia bersorak gembira melihat wajah tampan Lan Yuan.

"Uwe? Memangnya rumahku panti asuhan!"

"A-yuan. Siapa yang datang?"

Nah, ada suara cempreng tapi bernada lembut menyahut dari dalam rumah. Yuan memejamkan matanya kesal, karena ketika Juan datang pria pendek itu ada di rumahnya dan berperan sebagai ibu sambung. Yuan malu.

"Oh? Kau siapa?" Pria berwajah kecil dan manis itu di samping Lan Yuan.

"Halo. Paman aku Wang Juan. Aku teman Lan Yuan."

"Ha? Teman?! A-Yuan. Kenapa kau tidak membawanya masuk? Kau ini. Oih? Ada bayi?! Halo namamu siapa? Sini-sini masuk."

"Uwe! Siapa yang menyuruhmu membiarkan dia masuk?"

Pria manis itu tersenyum malahan. Lalu membawa Juan masuk dengan menggandeng. Lan Yuan yang kesal pun menutup pintu secara kasar.

"Aaa lucunya. Namanya siapa tadi?"

"Wang Cici. Anda bisa memanggilnya Cici." Jawab Juan dengan wajah dinginnya. Entahlah dia belum terbiasa dengan ibunya Yuan.

"Tck. Menyebalkan." Desis Yuan.

Tap

Tap

Tap

Langkah damai milik seseorang itu terdengar mendekati ke tiga pria di ruang tamu. Wang Juan sebagai tamu memerhatikan sang tuan rumah yang ternyata ikut bergabung menyambut.

"Wei Ying. Kenapa berteriak?"

Ok, nama pria itu Wei Ying ternyata. Wang Juan sudah tahu. Dan ini ke dua kalinya dia bertemu dengan Lan Wangji musuh perusahaan ayahnya.

"Selamat siang Tuan Lan." Juan menyapa pria itu yang ternyata lebih dingin dari dia. Namun tidak membuatnya takut. Memangnya apa yang harus ditakutkan?

Dibalik wajah dingin itu ada tersirat rasa heran dan penasaran mengenai remaja seusianya anaknya ada di rumahnya. Lan Wangji mencoba mengingat sampai ingatannya pada berita di televisi mengenai penerus Wang Corp.

"Wang Yibo." Kata Wangji.

Juan mengerutkan dahinya mencoba memahami perkataan mertua to be soon-nya. "Iya. Itu ayah saya." Lanjut Juan.

"Hn."

Tidak ada lagi kalimat. Yuan hanya bersendekap dada sembari melihat drama dua kutub sedang perang es salju. Sedangkan Wei Ying memerhatikan dengan mata polosnya yang berkedip. Apa sedang ada lomba dingin-dinginan? Kenapa rasanya ada kulkas terbuka?

"Ah, senangnya kedatangan tamu. Ayo duduk. Mau minum apa? Susu? Kopi?" Wei Ying si pendek menginterupsi namun diacuhkan oleh orang disana. "Uwe!!!" Pekik Weiying membuat semuanya menatapnya.

Ups, oke. Banyak singa di depannya. Jadi dia menutup mulutnya langsung.

Wangji duduk di sofa panjang. Lalu tangan kanannya membentuk tanda mempersilahkan tamunya duduk di seberang meja yang menghadap ke arahnya. Kursi panjang juga.

[END] Little Whoreson S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang