25

559 65 11
                                    

Hari ini jadwalnya olahraga untuk kelas tiga. Murid-murid mulai pelajaran kebugaran jasmani di lapangan yang luas. Musim panas segera tiba jadi mereka memakai baju yang tipis dan pendek.

Setelah pelajaran berakhir satu persatu mulai meninggalkan lapangan. Tidak jauh dari lapangan ada tempat untuk membasuh wajah. Seperti wastafle di tempat umum.

Juan kesana untuk membasahi wajahnya karena keringat setelah bermain sepak bola. Kran disana dinyalakan, setelah itu dia mengguyurkan airnya ke wajah. Rasa dingin air menyejukkan wajah tampannya. Tidak lama Peixin datang dan ikut membasuh. Juan sampai terhuyung karena Peixin sangat semangat.

"Hati-hati." Ujar Juan.

"Panas!" Pekik Peixin.

Juan memerhatikan Peixin yang kepanasan karena cuaca pagi ini. Matahari bersinar lumayan hangat. Dia memerhatikan Peixin sedikit lama lalu membuang wajahnya. Dia tengah berperang dengan batinnya.

Di samping itu Peixin memiliki ide jahil tiba-tiba. Dia mencipratkan air ke wajah dinginnya Juan.

"Uwe!" Juan terkejut. Merasa tidak terima disiram dia pun mengambil air dengan tangan lalu menyiramkan ke Peixin.

Begitu terus sampai seseorang datang tapi tidak sengaja tersemprot air oleh Peixin.

"Ha?" Peixin terkejut dengan Yuan yang tiba-tiba datang.

Yuan berdiri dengan kaku karena tidak siap dengan air yang datang padanya. Bibirnya terbuka karena terkejut. Dia melihat bajunya basah. Timbul rasa marah pada dirinya. Niat hati ingin mencuci tangan dan wajah saja tapi ini dia seperti diguyur.

Perlahan dia menaikkan pandangannya ke arah Peixin. Entah kenapa melihat lurus ke belakang Peixin, dia menemukan Juan dengan wajah tidak kalah terkejutnya. Dia membenci mereka berdua.

"Brengsek!!!" Yuan datang dan mencekik Peixin. Dia amat membenci mereka. Perasaan ingin menghancurkan mereka sangat tinggi.

"Akh." Peixin tercekik. Tenaga Yuan sangat kuat. Dia ingin melepaskan tangan berurat itu tapi naas tidak bisa.

Keadaan sepi hanya mereka bertiga.

"Yuan." Juan mencengkeram pergelangan tangan Yuan yang bergetar.

"Apa yang kau lakukan, ha?" Yuan berteriak pada Peixin.

"Lepas!" Juan sedikit meninggikan suaranya.

Dorongan darimana Yuan juga tidak tahu, hatinya kesal tapi dia menurut untuk menurunkan tangannya. Cekikkannya melonggar. Kesempatan Juan untuk melempar tangan besarnya.

"Pergilah." Juan yang biasanya marah pada Yuan sekarang melembut. Seperti tidak mau marah dengan anak itu.

Lan Yuan menatap nyalang tepat ke mata Wang Juan. Ada percikan kebencian. Juan menghela nafasnya ketika Yuan beranjak dari hadapannya. Kemudian dia melihat keadaan Peixin.

"Sakit?" Juan menyentuh sedikit leher Peixin sambil meringis.

"Aku tidak apa-apa." Peixin merinding ketika Juan mendekat.

Sebisa mungkin dia menekan perasaanya. Dia tahu Juan tidak benar-benar memiliki perasaan padanya. Dari awal Juan hanya tertarik bermain dengannya. Jadi perhatian kecil Juan selama ini hanya akan dia anggap sebagai teman tidak lebih.

"Ke uks." Titah Juan mutlak. Dan Peixin hanya bisa mengangguk.

♥️💚

Xiao Zhan sekarang hanya di rumah. Pekerjaan di kantor sudah ada yang mengurus. Orang kepercayaannya bernama Jay. Sedangkan dia sibuk mengurus rumahnya. Dia sudah kembali ke Beijing namun tidak dengan suaminya karena masih ada pekerjaan disana.

[END] Little Whoreson S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang