8

820 95 13
                                    

Hujan turun mengguyur Beijing dari sore. Malam ini udara sangat dingin di luar. Di dalam sebuah apartemen terasa hangat karena ada pengatur udara. Memang derajatnya sedikit dinaikan agar hangat.

"Juan. Ayahmu belum pulang?" Xiao Zhan bertanya ketika melihat Juan tengah bermain ponsel di ruangan tengah.

Sang anak menatap ibunya cemas. "Belum. Ibu tidak menghubunginya?"

Zhan duduk di samping anaknya. "Ponselnya mati."

"Ayah mungkin menunggu hujan reda. Agak lebat di luar."

"Ya. Ibu harap."

Tidak lama, ponsel Juan berdering menampilkan nomer seseorang. Dia lupa kapan memiliki nomor orang itu. Dia pun mengangkat.

"Halo."

Mendengar orang itu berbicara Juan lantas berdiri tiba-tiba membuat Zhan tertegun. Dia tidak tahu kenapa menjadi sepanik ini. Anak lelaki itu bergegas ke kamar.

"Ada apa, Juan-a?"

Anak itu menghiraukan ibunnya. Lalau beberapa menit dia keluar kamar dengan hoodie putih polos celana panjang.

"Bu, Juan keluar sebentar."

"Hei kemana?! Di luar hujan. Lagipula siapa yang menelfonmu?"

Juan resah menatap ibunya. Dia menunduk sebentar lalu menatap lagi ibunya. "Peixin."

💜💜

Di pinggiran toko yang tertutup, Peixin berdiri memakai seragamnya. Hujan turun deras sedikit berangin. Sesekali kedua tangannya menggosok dan diletakkan di pipi guna meredakan dingin.

Hacu

Bersin pun tidak dapat dihindari. Dia merasa sebentar lagi pasti flu.

Tap

Tap

Tap

"Uwe!" Panggil Juan pelan. Anak remaja itu membawa payung besar. Dia berdiri di depan Peixin.

Peixin merasa malu karena meminta pertolongan pada Juan akhir-akhir ini. "Maaf. Aku tidak tahu harus kemana?"

"Yuan?" Tanya Juan datar. Bukan tidak suka, tapi memang Juan anaknya seperti ini.

Yang lebih pendek mengintip tatapan Juan, "Dia sibuk belajar dengan ayahnya. Ya, semacam itu." Peixin menunduk dan mengetukkan ujung sepatunya di lantai. Lalu meringis karena dingin.

"Guocheng? Xiao Jun?" Juan

"Aku tidak tahu anak itu." Peixin mencicit malu. Semakin hilang harga dirinya di depan Juan.

"Juan.. aku minta maaf." Ujar Peixin karena merasa tidak enak merepotkan Juan.

"Pegang." Titah Juan memberikan payung. Tapi Peixin malah melotot tidak paham.

"Ini pegang sebentar."

"O-o. Hao."

Juan menyerahkan sebentar payung itu pada Peixin lalu dia melepas hoodienya. Terlihat badannya yang bagus dibalik kaos hitam lengan panjangnya.

"Pakai."

"Ha?"

Juan menghela nafas. Payung di tangan Peixin berganti hoodie miliknya. Peixin bingung kenapa Juan memberinya hoodie. Wangi juga.

"Pakai. Udaranya dingin. Kita ke rumahku."

"Sungguh?"

"Hn."

"Tidak masalah?"

"Hn."

"Ayahmu—"

"Ayahku tidak semenyeramkan yang kau lihat." Jelas Juan lama-lama jengkel dengan Peixin yang lama. Kakinya sudah lelah berdiri dibawah hujan.

[END] Little Whoreson S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang