48

586 56 17
                                    

Hari mulai gelap, Yuan mengerjapkan matanya ketika terbangun dari tidurnya. Setelah sadar sepenuhnya, dia tahu dia sedang berada di kamarnya tapi sendirian. Karena penasaran jam berapa, Yuan melihat jam di dinding kamarnya.

Pukul tujuh malam, terakhir diingatannya dia sedang bermain dengan Juan tadi masih sore. Sudah ditebak olehnya jika tadi ketiduran setelah selesai bermain. Iya, mereka bermain di dapur. Hal gila yang baru dilakukan oleh Yuan.

"Dimana orang ini?" Katanya. Yuan bangun dengan perlahan. Perutnya sangat besar membuatnya sedikit sulit bergerak bebas.

Dia duduk di tepi ranjang. Memerhatikan seluruhnya tubuhnya yang sudah bersih. Tubuhnya wangi sabun. Kemejanya sudah ganti dengan sweater turtle neck karena udara dingin malam ini. Dia memakai celana training hitam tanpa dalaman karena dalamannya sudah tidak muat.

Tendangan halus membuatnya mengusap perut. Rasanya ngilu beberapa kali bayinya menendangnya. "Apa kau marah ayahmu mengganggu tidurmu, hm?" Ujarnya sendiri dengan perutnya.

Tendangan terasa lagi di sebelah kiri. Sekarang sisi kiri perutnya menonjol. Ada bentuk tangan ternyata. Yuan mengusapnya lalu tangan itu hilang. Kembali tenang perutnya.

"Tidur,ya?" Ocehnya.

💚💙💙♥️

Yuan melangkahkan kakinya ke luar kamar. Suasana rumah tampak sepi seperti biasa karena hanya ada dua orang yang menempati. Tapi televisi juga tidak menyalah. Tidak ada atensi seseorang yang tengah dicari Yuan. Iya, itu Wang Juan-suaminya.

Lalu Yuan memutuskan untuk mencarinya ke dapur. Dan ternyata benar saja, Wang Juan tengah memasak. Lan Yuan tidak menyangka jika Juan meneruskan acara memasaknya tadi sore yang tertunda. Dia merona ketika ingat kegiatan panas mereka. Ekor matanya pun melirik meja makan yang sudah bersih. Pastilah ayah muda itu juga yang membersihkannya.

Wang Juan berhasil membuatnya terkesan setiap hal yang dilakukan pemuda itu. Lagi-lagi jantung Lan Yuan berdebar. Dia menggaruk lehernya untuk meredakan rasa malunya.

Sementara Juan menoleh ke belakang saat akan menyajikan makanan di meja makan. Dia menemukan istrinya sedang berdiri kaku di dekat meja. "Bangun?" Tanya Juan basa basi.

"E-em." Angguk pemuda hamil itu.

"Duduklah aku siapkan."

Yuan menggeser kursinya lalu duduk dengan tenang. Beginilah ceritanya jika punya suami yang perhatiannya ugal-ugalan, kadar pekanya tidak perlu ditanyakan lagi, baiknya tidak terkira dan jalan pikirannya tidak bisa ditebak. Definisi istri termanjakan oleh suami.

Dia memerhatikan setiap apa yang dilakukan suaminya ini. Berjalan kesana kemari dilihat. Mengambil gelas, membawakan piring ke depannya dilihat juga. Sampai Yuan sungkan selama ini kerjaannya hanya makan tidur dan mengeluh. "Kenapa kau yang memasak?" Tanya Yuan, mendongakkan kepalanya.

Tatapan kucingnya keluar di hadapan Juan. Wang Juan membalasnya dengan tatapannya. "Memangnya kenapa?"

"Kenapa jadi bertanya kembali padaku? Jawab saja. Seharusnya ini tugasku."

"Oh ya?" Juan membuat ekspresi bodoh tidak paham.

Yuan cemberut karena Juan seperti mengasihinya. Kedua tangannya pun diatas meja menggulung taplak. "Kau seperti mengejekku." Kata Lan Yuan.

Kedua mata Juan menatap Lan Yuan gemas. "Tidak apa-apa. Aku melakukannya karena aku mau. Bukan karena kasihan." Juan mengusap ujung kepalanya. Semakin membuat Yuan ingin tenggelam di kuah sup tulang babi itu.

"Makan." Juan menyodorkan mangkuk dan piringnya.

"Punyamu mana?" Tanya Yuan melihat bangku Juan kosong. "Akan aku amb-"

[END] Little Whoreson S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang