34

515 56 21
                                    

Di sebuah teater dengan kursi penonton yang sudah penuh dengan orang. Juan menggandeng Yuan hingga ke deretan tengah. Mereka duduk disana dengan pengunjung lain. Raut wajah Yuan tidak bisa disembunyikan, dia sangat antusias menontonnya.

Sudah lama dia tidak mengunjungi teater karena ayahnya tidak mengijinkan. Entah, padahal yang mengenalkan piano adalah ayahnya.

Sementara Juan hanya senang memerhatikan wajah berseri itu. Dia sengaja merogoh saku ayahnya untuk membelikan tiket konser ini. Tentu dengan bantuan Yibo. Sudah uang meminta ke Yibo, sampai mencari tiket dan membelinya juga Wang Yibo. Sepertinya Juan harus memberi ayahnya hadiah nanti ketika ulang tahun. Kond*m satu dus mungkin?

Kursi penonton mulai tenang ketika MC memanggil sang maestro. Yuan semakin terkesima melihat pria dengan jas putih dan celana putihnya. Kemeja di dalam berwarna biru langit cerah dengan hiasan kupu-kupu hitam. Dia seorang maestro terkenal dengan jenggot panjangnya.

"Indahnya." Puji Yuan.

Sedangkan Juan tersenyum memerhatikan Yuan, "Kau juga."

Yuan langsung melunturkan senyumnya menatap Juan. Sangat-sangat merusak suasana hati. Bisakah satu kali saja Juan tidak mengganggunya? Yuan ingin menikmati alunan musik dari sang pianis.

"Berisik." Ujar Yuan.

Kemudian Yuan kembali fokus melihat permainan piano itu. Tubuhnya sampai condong ke kursi depan demi melihat lebih jelas. Dia menyukai tempat ini. Dia bisa melihat dengan jelas dan leluasa memerhatikan seluruh panggung.

Di tengah permainan, Yuan mulai menutup mata, jemarinya mengalun diudara seolah sedang bermain dengan apik. Kedua matanya terpejam dan menikmati alunan musik.

Berbeda dengan Juan yang bukan menikmati alunan musik atau pertunjukan melainkan Yuan. Fokusnya tetap pada Lan Yuan. Bagaimana Yuan menutup mata dengan tersenyum, melihat Yuan menikmatinya membuat sesuatu di dalam dadanya berdebar kencang. Juan terpesona dengan Yuan. Juan akhirnya menampilkan senyum lebarnya di publik. Itu semua karena Yuan.

Apa seperti ini bahagia itu?

Apa rasa yang ingin meledak-ledak di dalam hati ini yang namanya senang?

Seperti inikah bersama orang yang membuatmu gila ?

💙💙💛

Yuan menyeruput kopi sturbuk-nya sambil berjalan keluar dari area pertunjukan. Bibirnya tidak berhenti bergerak karena menyedot air di dalam gelas. Hal itupun tidak lepas dari pandangan Juan. Juan mulai kembali eror karena Yuan. Pikirannya mulai kemana-mana.

"Aku senang. Terima kasih." Yuan tersenyum ke arah Juan.

Usap sedikit bagian kepala, Juan membalas senyuman. "Hm"

Yuan tersentak dengan tindakan temannya ini. Jadi dia memalingkan wajahnya yang merah. Mungkin tampak dingin tapi Juan tahu Yuan sedang tersipu dari telinga anak itu yang merah.

"Makan?" Tawar Juan.

"Pulang saja bagaimana? Aku ingin segera tidur." Jawab Yuan.

Juan setuju, dia mengangguk. Jadi mereka pulang malam itu. Juan terus menyetir ditemani Yuan yang mengoceh terus memuji permainan maestro tersebut. Juan cemburu, dia juga ingin main piano agar dipuji Yuan.

💙💙💛💛

Yuan berjalan menaiki tangga, lantai dua tempat mereka tidur nanti. Awalnya Yuan ingin tidur sendiri tapi Juan ya Juan. Si kepala batu yang sudah memiliki keinginan harus dituruti. Jadi mereka satu kamar di kamar Juan. Apartemen itu sekarang ditempati dua manusia anak adam.

Yuan membuka kamar, diikuti Juan yang dari tadi memerhatikan dari belakang. Ini tidak disadari oleh Yuan. Dia pikir Juan diam karena memang kebiasaanya. Tapi siapa sangka jika Juan menahan diri agar tidak menerkam Yuan.

[END] Little Whoreson S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang