11

721 80 25
                                    

Semenjak kejadian itu, Yuan semakin berani mendekati Juan. Dalam artian terang-terangan merundung Juan. Sementara Wang Juan tidak perduli. Kini Juan tengah di ruangan UKS. Di depannya ada Peixin yang hanya diam sambil mengoleskan saleb di salah satu ujung bibir Juan.

"Shh." Desisan Juan. Anak itu terkejut dengan rasa perih yang mendalam. Hingga Peixin menghentikan sejenak sebelum kembali mengoleskan obatnya.

"Akhrg." Juan mencekal pergelangan Peixin kuat.

"K-kenapa?" Peixin sedikit bergetar ketika bertanya. Juan tampak kesakitan.

"Hanya terkejut." Juan.

Kali ini tampak wajah murung dari Peixin. Juan tidak tahu apa yang dipikirkan Peixin sampai anak ini membantunya memberikan salep di lukanya. Luka yang dia dapatkan dari ayahnya setelah pulang dari club.

Yibo menghajar Juan karena ketahuan minum alkohol. Bau menyengat itu tercium pekat. Tapi Juan tidak mabuk.

"Bagaimana kau mendapatkan luka ini?" Peixin.

"Jatuh."

"Bohong. Pasti ayahmu yang melakukannya."

Juan menghela nafasnya lalu mengusak ujung kepala Peixin. Dia sendiri tidak tahu kenapa melakukannya. Hanya saja dia ingin. Secepatnya dia menarik tangan dan mengalihkan pandangannya.

"Maafkan aku. Aku terus membuatmu dalam masalah. Tapi kumohon jangan hancurkan keluargaku. Kita sudah hancur." Peixin takut jika dia tidak ada tempat lagi untuk berteduh. Ayahnya yang tempramen sering memukulnya.

"Haha. Kau percaya pada ayahku?"

Peixin terkejut Juan tertawa keras. Ini pertama kalinya dia melihat dimple tipis di sudut pipi Juan. "Kau.. tertawa?" Peixin merasa bahagia melihat tawa Juan.

Seketika Juan kembali ke ekspresi awal. Setelan pabrik. Alis kirinya naik tanda dia heran Peixin tampak senang.

"Dih. Padahal kau tampan ketika tertawa." Ucap Peixin tanpa sadar. Dia hanya berkata jujur.

Dan Juan semakin menyeringai. "Oh. Aku ingat ada yang merundungku karena aku anak dari pasangan sejenis."

Peixin gelapan, "Apa?! Ingin ku tambah lukamu ha?!" Dia juga kembali ke setalan awal. Berwajah menjengkelkan bagi Juan.

"Ah, aku juga ingat ada yang memukulku begitu keras hingga dipanggil ke sekolahan."

"Kurang ajar!" Peixin marah untuk menutupi malunya. Dia mencengkram kerah seragam Juan.

Tapi tampaknya Juan tidak bergeming dan malah menikmati tatapan nyalang dari Peixin. Jika kemarin dia membenci maka sekarang Juan menyukainya. Dia semakin ingin dekat dengan Peixin tanpa sebab. Bahkan sekarang dia mengalungkan tangannya di pinggang Peixin. Mendekatkan tubuh mereka.

Peixin sadar pun bergerak gelisah. "Apa yang kau lakukan?"

"Kenapa? Aku menjijikan?" Juan tersenyum jahil.

Ah sialnya Peixin malu melihat Juan. "Lepas!" Peixin mendorong bahu koko Juan. "Hei! Lepaskan aku!" Peixin memberontak

"Kau hanya mengandalkan temanmu ketika memukulku. Sekarang lihat kau bahkan tidak bisa melepaskan diri dariku.... Qi Peixin." Di akhir kata, Juan menyebut nama Peixin dengan bisikan di samping telinganya. Membuat remaja itu mendorong kuat sampai terlepas.

"Bajingan!"

Bugh

Peixin kabur setelah memukul salah satu sudut bibir Juan. Agak meringis karena dia ingat betul pukulan Peixin itu kuat.

"Ya, tambah satu lagi pukulan. Habislah aku dengan Ibu." Kurang satu lagi yang memukulnya. Mungkin sebentar lagi dia akan cosplay menjadi samsak.

💜💜

[END] Little Whoreson S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang