Juan dan Yuan sedang berada di kantin kampus untuk mengisi perut mereka yang keroncongan di siang hari. Kelas paginya baru saja selesai kemudian mereka berakhir disini. Yuan menikmati kuah pedasnya. Katanya sedang ingin makan yang pedas. Tentu saja awalnya dilarang oleh Juan tapi lagi-lagi kalah dengan senyuman maut Lan Yuan.
Ketika sedang menikmati, tibalah satu orang lagi yang membuat meja itu terasa sesak. Wanita yang mengejar Juan. Agak bingung darimana datangnya manusia satu ini. Awalnya Yuan biasa saja, namun melihat akhir-akhir ini Huang Jia semakin gencar mendekati suaminya membuat Yuan selalu emosi.
"Hai." Sapanya, namun tidak ada sahutan dari kedua manusia itu. Yuan mendecih tidak senang. Moodnya buruk detik itu juga.
"Wah, aku juga memesan sup ini juga. Tidak kusangka kita memiliki kesamaan ya Juan." Ujarnya bangga ketika melihat Juan memakan sup yang sama dengan Yuan.
"Ini sup kesukaan Mommyku." Sahut Yuan.
Huang Jia merubah wajahnya semakin keruh mendengar tuturan Yuan. Seharusnya dia malu namun tidak ada kata malu sepertinya. Dia terus mengajak bicara Juan. Karena jengah, Yuan mengusir halus suaminya.
"Aiyo. Cepatlah. Belikan aku pangsit dan odeng itu." Makanan kesukaan Yuan. Odeng.
Juan tanpa bicara langsung beranjak dari sana. Yuan membatin bahagia akhirnya dia tidak cemburu karena wanita ini. Suaminya sudah dia usir.
Huang Jia menatap kepergian Juan dengan senyuman. Bukan senyum kagum namun senyum aneh. Pandangannya kemudian menuju Yuan setelah itu dia tersenyum miring.
"Lan Yuan." Panggilnya.
Yuan tidak menanggapi dan menyumpit nasinya dan ayam. Huang Jia tidak merasa sakit hati. Dia juga makan supnya yang sebenarnya dia tidak suka.
"Aku melihat Juan memakai cincin pernikahan."
"Baguslah jika kau tahu."
"Jadi benar Juan sudah menikah?"
"Harusnya matamu tidak buta."
Huang Jia malah terkekeh mendengar kalimat sarkas Yuan. Dia sama sekali tidak terganggu. Ayam di mangkuknya ditusuk dengan kasar. "Kira-kira kau tahu siapa orangnya? Kau sahabatnya kan?"
"Aku tidak peduli dengan kehidupan pribadinya."
"Oh ya?" Alis Huang Jia meninggi. "Bukankah kau istrinya?"
Uhuk!
Yuan tersedak nasinya. Bagaimana Jia bisa tahu rahasianya. Dia menatap Jia dengan tatapan terkejutnya. Sudah tidak bisa bersembunyi lagi karena Jia melihat jarinya yang tersemat cincin yang sama dengan Yuan. Wanita itu juga tersenyum puas sudah mengejeknya.
"Oh. Kudengar kau juga sedang mengandung."
Deg, jantung Lan Yuan semakin tidak terkendali debarannya. Kedua matanya membola seketika. Dia dengan cepat menutupi perutnya dengan jaket tebalnya. Bersyukurlah sekarang musim dingin ada mantel yang bisa menyembunyikan perutnya. Dia juga sering memakai baju tebal.
Huang Jia senang melihat wajah panik Lan Yuan. Wanita itu patut bersorak karena rencananya berhasil. Menekan Lan Yuan.
"Apa yang kau bicarakan?" Kata Yuan dengan terbatah.
Suaranya sedikit bergetar karena panik. Seingatnya tidak ada yang tahu masalah kehamilan di kampus kecuali Yohan. Untuk kasus orang luar. Lalu darimana Huang Jia tahu? Apa Yohan yang memberi tahu? Tidak mungkin Yuan yakin pria tampan itu tidak akan membocorkan rahasianya. Mereka sahabat.
"Apa aku salah?" Tanya Jia lagi, wanita itu melirik Juan dari jauh sedang sibuk dengan pesanan. Masih ada kesempatan untuk menekan Yuan. "Aku hanya menebaknya." Lanjutnya dengan mengangkat bahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Little Whoreson S2
HumorBagaimana jika kenalakan Yibo menurun ke anaknya Proses pdf