31

501 63 9
                                    

Hari ini terhitung sudah satu bulan dia di rumah dan hanya belajar tentang perusahaan. Kadang dia mengikuti ayahnya ke kantor. Hanya saja pikirannya sedang kacau. Dia ingin melihat Yuan. Rasanya ingin mencekik lehernya sendiri karena terlalu ingin melihat, menggenggam dan memeluk orang itu. Pernahkan merasakan bagaimana menginginkan seseorang hingga membuatmu gila?

Itu Wang Juan sekarang, kini dia di ruang keluarga hanya memenceti remot. Menayangkan acara tv secara random.

"Hah." Juan mendesah kesal. Punggungnya ambruk ke sandaran sofa.

"Juan." Panggil seseorang. Itu Xiao Zhan dengan Cici digendongan.

Dia duduk di samping Juan dan memangku Cici. Anak itu menghadap ke depan. Kedua tangannya meraih udara seperti ingin meminta gendong kakaknya.

"Nguanguangua." Oceh si bayi.

Juan tanpa bicara menggendong anak itu. Memangkunya dengan berdiri. Anak perempuan itu langsung aktif mengajak sang kakak berjoget. Juan tidak keberatan adiknya melompat-lompat di pangkuannya. Kadang dia menciumi perut bayi itu. Ah, dia ingin bayi juga.

"Juan." Panggil Zhan sekali lagi. Kali ini dengan senyuman malu.

"Kenapa?" Juan fokus terhadap ibunya.

"K-kau tidak ingin kemana begitu?" Tanya Zhan.

"Entahlah bu. Aku bosan."

Zhan senyum lagi kali ini sedikit lebar. "Pergi saja ke rumah Lan Yuan-Lan Yuan itu."

Juan sontak melotot ke arah ibunya. Apa ibu tidak tahu jika perusahaan mereka sedang kres dengan Lan? Malah menyuruh anaknya mendatangi kediaman Lan.

"Ibu yakin? Apa ayah tidak membencinya?" Maksud Juan adalah jika ke rumah Lan, Yibo akan setuju. D

Dia memang pernah diberi nasehat dari ayahnya jika ingin dengan Yuan tidak masalah. Toh yang perang ayahnya bukan dia dengan Yuan.

Sebenarnya iya perang juga. Perang batin.

Zhan menggosok pahanya acak. Bibirnya maju lima senti. Ayolah umurnya sudah bnyak dan Juan gemas dengan ibunya yang lucu. Jika menikahi ibu tidak berdosa ingin Juan nikahi ibunya. Eh. Tidak-tidak. Itu sangat tidak baik.

"Apa bu? Kau ingin aku membelikan sesuatu?" Juan tidak tahu motif apa yang membuatnya harus pergi.

"Tidak ada." Ujar Xiao Zhan tapi dengan menahan senyumnya. Kenapa si dengan ibunya?

"Ha? Lalu kenapa ibu ingin aku pergi?"

"Tck. Sudah sana ke rumah Lan Yuan. Oh ya berikan kotak makan di dapur itu untuknya. Di dalam ada odeng yang enak." Kata Zhan.

"Ha?"

"Sudah sana pergi." Zhan mendorong tubuh bongsor Juan dengan keras hingga Juan tersungkur setelah memindahkan tubuh adiknya ke pangkuan ibunya. Bayi itu tertawa melihat kakaknya tersungkur.

"Hiks hiks.. huahuahua." Bayi itu meraih udara. Kedua tangannya merentang ketika Juan melangkah ke tangga.

"Iya iya nanti ikut Gege ya." Kata Zhan. Tapi bayi itu terus merengek.

Tidak lama Juan kembali ke bawah dengan pakaian yang sama hanya bertambah jaket birunya. Memakai kaos putih bergambar macan kemudian dipadukan celana jeans navy gelap panjang dan spatu snikers berwarna putih dengan corak oren dan biru.

"Aku pergi." Juan pergi ke dapur dulu untuk mengambil odeng. Lalu kembali ke ruang keluarga untuk mencium ibunya.

"Juan. Bawa Cici sekalian ya."

"Ha?" Berarti motif Xiao Zhan adalah agar Juan memomong adiknya.

Halah, bilang saja jika kelelahan memomong bayi. Jadi Juan kan yang harus memomong. Mana harus ke rumah Yuan. Mau bicara apa nanti? Apa dia harus mengatakan oh, aku kemari ingin memomong bayi.

[END] Little Whoreson S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang