18

549 64 9
                                    

Juan masuk ke dalam rumah yang mewah, megah, dan besar. Nuansa eropa melekat disetiap sudut rumah. Warna emas dan putih mendominasi warna disana menambah kesan elegannya. Untuk Juan sendiri ini bukanlah hal baru. Dia tidak terkejut lantaran kedua orang tuanya juga bukan orang sembarangan. Wang Yibo kaya, Xiao Zhan kaya. Kakek-kakeknya juga kaya. Dia yakin juga akan mendapatkan harta kekayaan warisan itu.

"Kita ke kamarku." Tuntun Peixin mulai menaiki anak tangga. Juan hanya mengangguk dan mengikuti anak itu.

"Tuan muda. Ingin makan malam dengan apa?" Seseorang datang sebagai pembantu di rumah itu. Memakai baju pelayan.

"Aku ingin makan... Daging." Peixin berkata.

"Baik tuan akan kami hidangkan."

"Iya." Peixin lanjut berjalan ke kamarnya.

Sesampainya di kamar, Juan baru terkejut. Di dalam sana banyak sekali boneka. Berbeda dengannya yang sepi tapi tidak suram. Disini banyak boneka panda. Mulai dari ukuran kecil hingga besar. Lucu. Hampir saja Juan terjungkal karena tertawa.

"Kenapa?" Peixin cemberut karena Juan tertawa. Menurutnya tawa Juan itu mahal. Tapi menjengkelkan.

"Lucu." Juan berjalan mendekati kasur. Kemudian menidurkan dirinya disana. Peixin melihatnya pun ikut ambruk.

"Apanya yang lucu?"

"Kau."

"..."

Ijinkan Peixin salto karena anaknya Wang Yibo merayunya tapi dengan wajah datarnya. Mohon maaf jantungnya Peixin terasa diatas trampolin.

Remaja berbibir ceri itu awalnya menatap Juan lalu memalingkan wajahnya singkat ke atas menatap langit-langit kamarnya yang dihiasi lampu tidur. Hari masih sore jadi lampu tidak menyala.

"Juan. Kau menyukai game?" Tiba-tiba Peixin teringat hobinya.

"Hn."

"Mau bermain? Aku memiliki game seru."

"Hao."

"Bisa tidak jika berkata yang panjang seperti kemarin?"

"Kapan?"

"Bodoh. Tidak mood." Peixin kesal, Peixin marah, jangan bicara dengannya.

"Ayo kita bermain game. Tunjukkan gamenya dimana." Juan berhenti menggoda anak itu dan mulai mengucapkan kalimat panjangnya.

"Benarkah?" Peixin terbangun dari tidurnya dengan semangat. Kedua matanya berbinar memancarkan gemerlap indah.

"Hn." Juan ikut bangun. Nah, dia menatap Peixin dari dekat. Sebenarnya Peixin itu manis. Tapi kadang kelakuannya dulu yang membuat Juan jengkel. "Tapi kau haru menciumku dulu."

"Bajingan!!!" Pekik Peixin keras lalu menjenturkan kepalanga ke dahi Juan hingga anaknya meringis.

Jedug!

"Akh!"

"Rasakan!" Sejujurnya kepalanya juga nyut-nyutan bekas jahitan.

"Kepalamu tidak apa?" Juan tampak khawatir. Dia itu ingat jelas bagaimana bulan lalu memukul kepala Peixin hingga berdarah.

"A-aku tidak apa-apa. Ayo main game." Peixin langsung pergi dan menyiapkan alat tempurnya.

💚♥️

Malam pun tiba, Zhan mengusap perutnya. Jam delapan lewat lima menit. Xiao Zhan ingin makan buah melon lagi. Padahal beberapa hari lalu dia sudah tidak ingin melon tapi dia mau melon lagi.

"Yibo."

Pria tampan yang dipanggil sibuk dengan laptopnya. Zhan jengkel karena diacuhkan.

"Wang Yibo."

[END] Little Whoreson S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang