Juan pagi-pagi sekali sudah disibukkan dengan acara yang padat. Dia harus segera ke Shanghai untuk bekerja. Seperti biasa karena dia sekarang menjadi presiden di perusahaan itu. Ditambah projek baru dengan perusahaan mertuanya sudah mulai dikerjakan dan diperjual belikan.
Mengingat mertua, sekarang Juan tinggal sendiri di rumah yang dibelikan mertuanya. Sebenarnya dia ingin membeli sendiri. Tapi ditolak dengan alasan untuk hadiah pernikahan mereka. Maksudnya Juan dan Yuan.
Kedua remaja itu sekarang tumbuh menjadi lebih dewasa. Mereka menikah minggu lalu dan langsung pindah rumah. Urusan pekerjaan Juan yang mengatasi sedangkan rumah dia juga—Yuan mau membantu tapi dilarang karena hamil muda.
Kandungan Yuan sudah 4 bulan 2 minggu. Ibu dan anak sehat. Setiap pagi dan malam Yuan meminum susunya. Setiap pagi dia sarapan dengan roti.
"Aku berangkat." Juan berujar dingin.
Yuan merasa Juan akhir-akhir ini sedikit berbeda. Bukan Juan yang banyak bicara tapi Juan yang dingin. Tapi untuk perlakuan masih sama. Semua kebutuhan Yuan disiapkan. Tapi Yuan bingung ini perasaanya saja atau Juan memang seperti ini jika dengan selain orang tuanya.
Jadi Yuan hanya mengangguk dan senyum tipis. Lagipula dia juga tidak akrab dengan Juan.
"Jaga diri di rumah. Apa kau mau ke rumah ibu?"
"Ah, tidak usah. Aku di rumah saja."
"Aku lama."
"P-pulang kapan?" Yuan sedikit takut. Entah apa yang ditakutkan. Jantungnya berdebar lebih kencang. Sejujurnya perutnya sedikit kencang di bawah. Tapi dia tahan.
"Hanya seminggu. Setelah itu pulang." Juan menyambar tasnya kemudian mendekati Yuan.
Ketika akan mencium keningnya, Yuan dengan cepat menghidar. Di sisi Juan ini menyakiti perasaannya. Yuan masih belum mau disentuh Juan. Bukan karena mual tapi memang Yuan masih kaku ketika Juan memberikan afeksinya.
"M-mmaaf. Aku masih—"
"Hn." Juan hanya maklmum tersenyum. Jadi Juan hanya mengusak rambut Yuan.
"Jagoan. Baik-baik disana. Papa bekerja dulu." Juan menaruh tangannya di perut Yuan hati-hati, takut ditolak lagi. Kan sakit.
Namun Yuan membiarkannya menyentuh perut. Bahagia sekali rasanya bisa menyentuh anaknya.
"Juan, apa pekerjaannya berat?"
Juan melirik sebentar Yuan, lalu dia menggembungkan pipinya. Moncongnya juga cemberut seperti bayi mau menangis.
Jujur, Yuan geli melihatnya. Anehnya itu sangat lucu. Dia seperti melihat Xiao Zhan.
"Iya. Sangat berat. Aku ingin pelukan istriku tapi dia masih tidak mau dipeluk."
J'dag!
Yuan memukul kepala Juan pelan. Pipinya bersemburat merah karena Juan. Oh, ayolah. Siapa yang tidak mau tertawa mendengar omongan Juan. Bersyukulah dengan candaan Juan karena Lan Yuan sedikit menghangat sekarang. Juan memang kurang ajar. Nadanya memang bercanda tapi kalimatnya membuat orang merinding terutama Yuan.
"Cepat berangkat. Sebelum pesawat take off."
"Aiyo, cantiknya." Juan terpesona ketika Yuan salah tingkah tidak mau menatapnya. Dia menoel dagi Yuan hingga empunya mendesis marah seperti ular yang diganggu tidurnya.
"Galak." Cecar Juan.
Yuan memberinya juluran lidah.
💛💛💙💚💚
A-Yuan, begitu sapaan untuk di keluarga. Jika di luar dia kerap dipanggil Yuan, Lan Yuan. Dia mulai masuk ke universitas yang sama dengan Juan namun berbeda jurusan. Juan masuk setiap hari jum'at sampai minggu, sedangkan Yuan senin hingga kamis.
Berkuliah di dalam keadaan yang sekarang membuat Yuan khawatir. Banyak pikiran negatif yang menjadikannya kadang tertekan sendiri.
Seperti bagaimana pandangan orang-orang di kelasnya jika tahu dia sedang mengandung. Apalah perutnya yang semakin membesar.
Untuk sekarang dia masih bisa menyembunyikan perut besarnya di balik hoodie biru lautnya. Bagaimana jika sudah enam bulan?
Dor
Yuan terjingkat karena temannya datang mengagetkannya. Pria, tampan, suka tersenyum, dan ramah. Mereka baru saja bertemu di kelas kampus.
"Yohan."
"Kenapa?"
Yuan menggeleng, karena hamil ini suasana hatinya sering berubah-ubah. Kadang sedih, kadang senang, kadang ingin mencakar wajah Juan. Pokonya harus Juan. Dia dan Juan adalah kemusuhan.
"Sudah sarapan?"
"Hn. Tadi."
"Baguslah."
💛💛💙💚💚
Wang Yibo dan Lan Wangji sekarang menjadi sorotan. Apapun yang dilakukan CEO itu akan langsung menjadi berita terkini di televisi yang khusus menyiarkan berita perekonomian dan dunia pekerjaan.
Mereka memang sudah berumur namun jiwa mereka masihlah membara. Umur bukanlah sebuah halangan untuk melakukan aktivitas seperti olahraga.
Balapan, di sirkuit Mandalika. Wangji dan Yibo datang jauh-jauh untuk melakukan balapan. Mereka sengaja memilih sirkuit ini karena terkenal setelah menjadi tuan rumah balapan MotoGP.
"Siap?"
"Hn."
Mereka balapan memutari sirkuit. Saling adu kecepatan. Dan di menit-menit akhir mereka seri.
Wangji keluar dari mobil menghampiri Yibo yang masih di dalam.
"Kecepatanmu semakin meningkat." Ujar Wangji.
"Tentu. Aku tidak mau kalah denganmu. Zhan Ge terus saja memujimu. Aku tidak mau kalah denganmu."
Wang Yibo cemburu istrinya terus memuji Lan Wangji. Padahal suaminya juga multifungsi. Salah. Maksudnya multimedia. Salah juga. Maksudnya multitalenta.
"Minum kopi?" Wangji menawarkan.
"Ok."
Mereka pun mengopi di salah satu kedai kopi yang ramai dengan orang. Suasanya membuat damai apalagi pemandangan laut. Sangat indah.
Bapak-bapak mencari kesibukan. Menghamburkan uang. Mencari istri baru. Tidak juga, Yibo bisa dibantai oleh Xiao Zhan jika mencari wanita lagi.
💚💙💙
Sedangkan Juan ingin berteriak mengurus dua perusahaan sekaligus. Belum juga tugas sekolahnya. Ah, dia merindukan istrinya. Dia ingin peluk hanya saja Yuan masih tidak bisa didekati. Pernah sekali Juan memeluknya tapi berakhir Juan ditendangi karena Yuan mual.
Bersambung
Bentar, aku tu mau ketawa. Kemarin ada yang komen dicerita sebelah. Komennya tu gini, ko chapt yg ini gak ada. Ko langsung lompat.
Loh? Salah tah? Kupikir,kan. Trus besoknya komen lg. Loko banyak cpter yg ilang.Lohhh😭😭😭😭ya aku bingung jawabnya apa. Kan emang di pdf kalo lengkapnya mah. Ya emang salah klo bbrapa chpt ilang??
Dan yg bikin heran dia cuman baca kagak vote😭😭😭trus aku eottoke!!! Eottoke HA??! TONJOK JUGA NI
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Little Whoreson S2
HumorBagaimana jika kenalakan Yibo menurun ke anaknya Proses pdf