28

444 57 18
                                    

"Apa si?" Yuan menggetok kepala Juan dengan sendok.

"Ya kan mendidihkan air. Ya begitu caranya. Dih dih dih."

"Iya wajahmu tidak perlu seperti mengejek orang."

Juan tertawa dengan humornya sendiri. Sedangkan Yuan masih memikirkan lelucon apa yang dikatakan anak ini. Kasihan sekali orang tua Juan yang memiliki anak otaknya hanya seperempat.

Di tengah guyonan itu Juan merasa gerah, dia membuka jaketnya. Mempertontonkan otot bisepnya yang dihiasi urat nadi yang melintang membingkai lengannya hingga ke punggung tangan. Edisi mengagumi seorang Wang Juan.

Lan Yuan sekedar melihatnya saja. Toh dia juga punya meskipun cenderung lebih sedikit terlihat uratnya. Badannya juga tidak kalah bagus. Setiap hari dia melatihnya dengan pergi ke gym pukul lima sore. Dia juga memiliki perut sixpact meskipun milik Juan lebih tercetak.

"Airnya mendidih." Kata Juan. Kemudian dua memasukkan minya ke panci.

Yuan yang berada di depan meja dapur pun menyerahkan bumbu mi ke Juan agar dituang ke mangkuk.

"Kau sering memasak?" Tanya Yuan.

"Tidak. Ibuku melarangku masuk dapur karena aku dan ayahku hampir membakar dapur." Juan sangat ingat bagaimana kelinci hamil itu mengomelinya dan ayahnya karena hampir meledakkan isi dapur.

"Kenapa? Kau ingin aku memasakkan dirimu setiap pagi?" Tanya Juan. Dia menengok ke sampingnya dimana Yuan memasang wajah datarnya.

"Mimpi!" Kata Yuan sambil melempar potongan plastik kemasan. Juan hanya menertawakannya kecil.

💚♥️

Setelah mi matang, mereka makan dengan nikmat di meja makan. Mi ramen itu dibagi dua mangkuk. Juan memerhatikan Yuan yang diam saja ketika makan. Begitu manis cara makannya seperti tuan putri di kastil megah. Bibir berbentuk love itu tertutup rapat dengan pipi menggembung karena penuh dengan makanan.

"Lucu." Batin Juan.

"Apa kau terbiasa makan tanpa bicara?" Tanya Juan tiba-tiba. Dia hanya belum terbiasa dengan makan secara tenang karena ayahnya sering makan dengan berbicara.

"Hm." Yuan mengangguk. Ajaran di keluarganya makan tidak boleh berbicara.

Juan menghormatinya dan dia makan dengan tenang. Sepertinya dia akan tertular cara makannya Yuan. Santai, tenang dan mengenyangkan.

Seketika hanya terdengan sumpit beradu dengan mangkuk. Setelah beberapa menit mereka menghabiskan mi ramen itu. Terdengar helaan lega setelah menenggak air putih.

"Enak?" Juan

"Tentu saja. Kau memasak ramen cepat saji." Dengus Yuan.

Remaja ketus itu membereskan meja makan. Berniat akan mencucinya namun Juan mencegahnya karena dia tuan rumahnya. Yuan menolak keras, dia tetap membersihkan sisa makan mereka. Bagaimanapun Yuan tahu diri untuk menumpang sebentar.

Kran air mulai terdengar di telinga Juan. Berarti Yuan sudah mulai mencuci. Dia hanya bisa melihat punggung lebar itu. Pundak kokoh Yuan terlihat bagus. Sedikit ke bawah melihat pinggang yang ramping dengan pinggul bagusnya.

Pantat

Juan mulai membayangkan hal-hal aneh dan ambigu di otaknya. Bagaimana pantat itu ada di depannya.

Ok

Sadar

Mencoba untuk tetap waras, Juan akhirnya menggelengkan kepalanya. Berusaha menekan pikiran ambigunya. Juan melirik lagi setelah menggelengkan kepalanya. Kemudian otaknya ada ide untuk menjahili Yuan.

[END] Little Whoreson S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang