27

521 58 16
                                    

Karena kedatangan Yuan, Peixin menjadi canggung. Juan juga jadi tidak banyak menanggapi Peixin. Jadi mereka berdiam-diam saja selama lima menit. Lan Yuan tampak memerhatikan keduanya.

"Kenapa kalian diam?" Yuan bertahan dengan emosi.

Juan hanya mendengus melempar tatapannya ke arah lain. Pokonya tidak ke Yuan. Sedangkan Peixin hanya tersenyum canggung. Berterima kasih saja ke ponsel Peixin yang tiba-tiba berbunyi.

Peixin mengangkatnya lalu berbicara dengan penelfon. Setelah selesai dia menutupnya. Tatapannya meminta pamit pada Yuan.

"Ayah memintaku pulang. Aku akan pulang dulu. Selamat sore semua." Peixin hendak pergi tapi tangannya ditahan Juan.

Ok, kedua tangan itu kini berada tepat didepan wajah Yuan. Dia pun merengut tidak suka. Kenapa mengumbar kemesraan di depannya? Dia masih menatap tidak suka bagaimana Juan lebih mementingkan Peixin.

"Aku akan mengantarmu."

Peixin sontak melihat ke arah Yuan yang menatapnya dengan delikan. Tapi ketika Juan melihat Yuan, anak itu pura-pura tidak terjadi apa-apa. Benar-benar manipulatif. Peixin paham Yuan mulai mengejar Juan. Memangnya siapa yang tidak mau dengan Juan?

Peixin akhirnya melepas pegangan itu dan berucap terima kasih. Cukup selama ini Juan direpotkan olehnya jadi Peixin sungkan dengan Juan. "Aku bisa pulang sendiri. Nikmati waktumu. Daa Juan." Peixin berlari kencang.

Sekarang Juan menatap Yuan yang tersenyum jahat. Jadi ini pekerjaan anak ini. Juan pun menarik ujung bibirnya.

"Kenapa?"

Yuan tersentak ketika Juan mengucapkan kata. Suaranya membuat Yuan merinding. Mereka itu sama-sama lelaki. Suara Yuan tidak kalah berat. Meskipun fakta mencoreng wajahnya karena suara Juan lebih dalam dan terdengar bass.

"Tidak ada." Ketus Yuan.

"Aah aku baru ingat ada yang berusaha mendekatiku akhir-akhir ini." Juan tersenyum seakan kepercayaan dirinya melambung tinggi. Dia bersandar di kursinya lalu memasang senyum bodohnya.

Kurang ajar.

Itu sindiran untuk Yuan. Tidak ada yang bisa dikatakan. Yuan terlalu gengsi untuk mengiyakan. Jadi anak itu hanya diam.

"Kau baru pulang?" Juan tahu sekolahnya sudah pulang satu jam yang lalu. Dia juga baru pulang dari kantornya setelah belajar.

"Matamu sebenarnya tidak buta, kan?" Sarkas Yuan.

Juan menarik ujung bibir kanannya membentuk seringaian. "Kasar." Ejek Juan.

Yuan melirik sedikit. Masa bodoh dengan ucapan Juan. Dia sendiri bingung ada apa dengannya yang tiba-tiba lebih suka mengganggu waktunya Juan. Dia tidak menyukai bagaimana Juan lebih perhatian dengan Peixin. Bagai menjilat ludah sendiri sekarang dia malah berdekatan dengan orang yang 'menjijikan'. Ujar seseorang yang belum terkena getah.

"Bagaimana dengan ibumu?" Juan membuka suara.

"Tidak tahu. Memangnya aku ibunya."

Tuk

Juan memukul pelan kepala Yuan. "Bodoh."

"Kau yang bodoh." Yuan marah. Dia berdiri lalu pergi dari sana.

Juan baru tahu jika Yuan tidak dijemput. Mungkin terlambat seperti biasa. Merasa lucu, Juan akhirnya membuntuti Yuan hingga ke halte bis.

Sepi. Hanya mereka berdua. Lagi-lagi Yuan canggung. Bersama Juan itu... Membuatnya merinding. Di tambah satu fakta jika Juan seorang homo. Apa dia nanti akan ketularan homo? Apa dia harus konsultasi agar tidak menjadi homo?

[END] Little Whoreson S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang