Tengah malam yang sunyi, Yibo mendengar suara berisik di luar kamarnya. Dia sudah diijinkan kembali ke kamar utama karena sang baginda sudah tidak marah lagi. Dan dia mendapati sekarang istrinya tidak ada di sampingnya.
Dia yang penasaran pun keluar kamar dan berjalan ke arah suara. Suara itu datang dari dapur. Ketika melihat jam dinding, waktu menunjukan pukul satu dini hari. Kenapa Xiao Zhan malam-malam di dapur?
"Zhan."
Benar saja pria manis itu tengah di depan kompor sambil mencium kepulan asap.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Yibo heran.
"Aku sedang lapar. Ingin makan mie instan dan dia sangat lama matangnya."
"Heh itu sudah matang."
"Beluum dia masih keras."
"Ha?" Tentu saja Yibo bingung, Mi itu sudah matang.
"Aku sangat lapar."
"Tapi jangan terlalu dekat. Itu api."
"Diamlah!" Zhan berucap sedikit keras.
Oke, Yibo meneguk ludahnya, dia mundur beberapa langkah ke belakang.
♥️♥️
Pemuda berbibir cherry itu berjalan di lorong sekolah yang sudah ramai dengan orang. Para siswa berhamburan keluar kelas, sementara dia menengok ke dalam sebuah kelas bertuliskan "2" di papan—yang tertempel diatas pintu ruangan.
Dia terlihat sedang mengamati kelas itu, seperti mencari seseorang. Dan kemudian matanya menemukan seseorang yang dia cari.
Pemuda berbibir chery itu masih mengamati hingga yang diamati menatapnya. Mereka saling bertatapan tanpa ekspresi.
♥️♥️♥️
Anak tangga antara lantai dua dan tiga menjadi tempat mereka berdua bertemu. Yang lebih tinggi menatap dingin orang di depannya yang menyandarkan punggungnya di dinding kaca.
"Jika kau masih diam, aku pergi." Pemuda tampan itu hendak beranjak.
"Tunggu. Juan." Pemuda berbibir cherry itu menarik tangan Juan.
Juan menatap dingin tangannya yang disentuh. Melihat tatapan dingin Juan, pemuda itu melepasnya.
"Ah, Debuqie. Er, ada yang ingin kukatakan."
"Hn."
Tampak resah dan gelisah, Juan menunggu pemuda di depannya yang suka merundungnya bersama satu geng. Sekarang pemuda bernama Peixin ini malah tertunduk di depannya.
"Aku... Ingin mi-minta maaf padamu. Dan juga temanku."
"Kenapa tiba-tiba kau minta maaf padaku? Apa yang dikatakan ayahku?" Juan heran bagaimana ceramah orang semacam ayahnya bisa membuat Peixin—si brandal meminta maaf. Ayolah, Yibo dulunya juga brandalan yang banyak omong kosong.
"Tidak ada. Intinya aku minta maaf. Aku tidak akan merundungmu lagi." Peixin menggigit bibirnya.
Sementara Juan menaikan alis kirinya. Kemudian mengangguk. "Ok."
Juan itu tinggi, pertumbuhannya sangat cepat. Bisa dikatakan dia memiliki badan yang tegap dengan bisep yang terbentuk. Tapi pipinya chubby. Hidungnya mancung.
Sementara Peixin hanya sedikit lebih pendek. Badannya tegap dan sedikit berisi. Pipinya chubby dan hidungnya mancung. Bentuk bibirnya seperti ceri.
Jadi jika mereka berdiri maka terlihat siginifikan mana yang lebih tinggi dan pendek. Tidak menyangka jika Peixin sekecil itu memiliki tenaga besar memukul Juan hingga babak belur.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Little Whoreson S2
HumorBagaimana jika kenalakan Yibo menurun ke anaknya Proses pdf