36

516 72 22
                                    

Rasanya malu ketika melihat punggung ramping itu dari belakang. Sosoknya yang cerewet selalu terlihat ceria padahal Yuan juga tahu ada rasa sakit hati di dalam hati pria yang sudah lama menjadi ibu sambungnya.

Yuan masih termenung di pintu dapur, melihat ibu sambungnya memasak. Weiying sendiri tidak sadar akan kehadirannya. Ah, Yuan malu. Dosanya sudah banyak. Dia menoleh ke belakang dimana ada Juan yang terus menatapnya dengan dingin. Sialan, Yuan ingin sekali melempari wajah sombong itu dengan papan talenan.

Remaja berambut coklat itu memberi kode jika dia tidak mau datang ke ibunya. Tapi Juan mengerutkan alisnya hingga marah. Yuan berdecih dan cemberut. Niat hati ingin meminta bantuan tapi Juan memintanya berangkat sendiri ke ibunya.

Sembari berbisik Yuan ingin kabur. Sekali lagi Juan memarahinya dengan hanya menatapnya dingin.

Mau tidak mau Lan Yuan mendekati sang ibu sambung. Bibirnya terbuka ingin menyapa pun terhenti di tenggorokan. Terasa berat mengucapkan kata 'ibu'. Ini terlalu sulit baginya. Lantas dia menghentikan niatnya karena bibirnya kelu.

Di saat dia ingin pergi Weiying berbalik badan dan memanggil namanya. Seketika debaran jantung Yuan menggila. Tidak ada kata lagi untuk kabur. Jadi Yuan kembali menghadap ibunya.

"A-ah. Ya." Senyum canggung Yuan.

"Kau sudah pulang? Kapan?" Weiying tampak senang anaknya kembali dari liburan. Pasti menyenangkan liburan di musim panas.

"Sudah makan? Mau aku bawakan makan? Aku membuat banyak masakan." Tersadar dia terlalu overeaction, Weiying menghentikan omongannya dan meringis. Dia lupa dia tidak sedekat itu dengan anak tirinya. Ah dia kembali sedih. Bibirnya terbungkam seketika. Weiying menyembunyikannya dengan apik. Dia tersenyum ke arah Yuan.

Di satu sisi, Yuan semakin merasa bersalah. "A-aku sudah makan." Jawabnya singkat.

Juan melihat keduanya pun sangat senang. Agar tidak mengganggu waktu antara ibu dan anak dia memilih keluar rumah. Melihat kandang kelinci yang ada di teras.

Kembali ke Yuan dimana dia tidak tahu harus apa. "Ak-" Yuan kaku sekali. Dia benci dengan dirinya.

"Ya, A-Yuan." Weiying melihat Yuan tampak gelisah. Dia jadi ikut merasa gelisah. "Ada apa?"

"Maafkan aku." Yuan menunduk.

Sepertinya anak tirinya mulai menyadari ada Weiying disini yang akan menjadi ibunya dan mengakui kesalahannya. Hati Weiying menghangat mendapatkan Yuan menganggapnya ada karena selama ini Yuan sangat acuh dan benci dengannya.

"Tidak apa-apa. Aku tidak apa-apa." Jawab Weiying dengan air mata yang menetes.

Bukan, ini bukan air mata kesedihan melainkan rasa bahagia yang membuncah. Yuan meminta maaf padanya dan Yuan menatapnya dengan senyuman. Weiying senang, bahagia. Sampai tidak ada kata yang bisa dia ucapkan lagi.

"Ibu."

Deg

Di dalam dadanya seperti dihantam sebuah benda tumpul yang menimbulkak getaran hebat. Weiying semakin terisak bahagia. Anak yang selalu disayangnya memberinya air tuba tapi sekarang anak itu memberikan lebih dari kebahagiaan. Weiying menarik Yuan dalam dekapannya. Memeluknya penuh kasih sayang dan cinta. Impiannya selama ini memeluk Yuan akhirnya tercapai. Setelah sekian lama dia menginginkan Yuan menerima sebagai ibu.

"Hiks... A-Yuan ku. Anakku."

"Boleh aku memanggilmu ibu?"

"Tentu. Kau boleh memanggilku begitu." Weiying mengusap kepala anaknya. Akhirnya, ini sangat melegakan. Rasanya beban di hatinya semuanya hilang.

[END] Little Whoreson S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang