Lan Yuan, pemuda yang dulunya adalah siswa yang teladan meski sering ikut perundungan sekarang menjadi pria manis dan pintar memasak. Kesehariannya kini mengurus rumah, keperluan suaminya dan kadang membuat sesuatu untuk dijual belikan seperti boneka atau rajutan benang menjadi scraf.
"Yayah." Panggil anak perempuan dengan sedih.
Orang yang dipanggil Yayah itu menengok putrinya yang sedang memeluk pahanya. Orang itu Lan Yuan sedang membuat kue dragon.
"Kenapa?" Sahut Yuan enggan menanggapinya.
"Yayah."
"Kenapa, Wang Yuju?"
"Yayah ih! Lihat Yuju dulu."
Astaga, bertobat Yuan dengan anaknya ini. Menurun dari siapa jahilnya. Apalagi kali ini yang diinginkan putrinya. Kemarin ingin membeli sapi sekarang apalagi. Yuan dengan enggan menatap intens anaknya yang tampak risau.
"Ada apa?"
"Janji Yayah nanti tidak marah?"
"Ya apa dulu. Belum tahu masalahnya kenapa marah? Apalagi yang kau lakukan?" Delik Yuan. Dia merasa terkena karma sekarang.
"Tidak ada, Yah. Xie Yun tadi menjambak rambutku makanya aku menendang perutnya."
"Ya tuhan Yuju. Kau ini perempuan. Bersikap lembut sedikit."
"Humb! Xie Yun yang menyebalkan Yayah. Yuju membencinya."
"Hush. Sudah jangan dekati dia. Jika dia mengejekmu lagi, hiraukan."
"Tapi Yah. Yayah atau Baba diminta ke sekolah... Hehehe."
"Ya tuhan! Wang Juan!!!" Pekik Yuan pada akhirnya.
Juan dengan seragam kantornya, baru pulang kerja, menghampiri anak dan istrinya. "Kenapa berteriak Yuan."
"Ini! Anakmu!" Tunjuk Yuan kesal. Jari telunjuknya menunjuk Yuju. Sementara anak perempuan itu pura-pura cemberut dan membuat pola abstrak di paha sang Yayah.
"Yuju." Panggil Juan dengan suara beratnya.
Yuju itu paling takut dengan Juan. Auranya sangat seram. Tapi Yuju menyukai Baba nya ini ketika membelikan eskrim.
"Baba. Yuju tidak nakal, kok. Tadi Xie Yun yang mulai duluan. Dan Baba disuruh ke kantor besok... Hehehe."
Juan mengehela nafasnya, dia merasa sedang dejavu. Tidak dia tidak anaknya dari dulu membuat orang tuanya dipanggil ke kantor. Dia juga tidak menyangka akan seperti ini. Sekarang pandangnnya menatap anaknya dengan datar.
Dengan seperti ini, bibir anak perempuan itu mengerucut. Dia paham jika dia akan terkena amukan Babanya. Mengamuknya Juan itu bukan yang berteriak atau memukul tapi menatap anaknya dengan tajam lalu meminta anaknya itu duduk di meja belajar membaca setumpuk buku tebal berisi ajaran agama.
"Yuju."
"Iya baba." Yuju menunduk tidak berani. Ini kenapa dia lebih takut dengan Babanya dibanding Yayahnya yang bawel ini.
"Ke kamar."
Sesuai dugaannya, Babanya sekarang mengikutinya berjalan dari belakang. Sedikit mengintip ternyata Babanya masih menyaku tangan sambil mengawasinya.
Kedua orang beda usia itu masuk ke kamar serba biru muda. Ada boneka panda besar dan singa di ujung kasur. Tempatnya rapi dan wangi.
"Duduk." Titah Juan.
Anaknya duduk di kasur, menatapnya penuh pertanyaan. Anak itu mengedip beberapa kali. Wajahnya mirip dengannya namun ada sentuhan wajah Yuan yang manis. Juan duduk di depan anak itu dengan mengambil kursi belajar anaknya. Duduk disana sembari mengamati mata cantik yang diturunkan Yuan. "Kenapa sampai Yayah dipanggil gurumu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Little Whoreson S2
HumorBagaimana jika kenalakan Yibo menurun ke anaknya Proses pdf