Juan baru saja pulang mendapati rumahnya sepi. Biasanya ada Yuan yang menonton televisi. Lalu dia memutuskan untuk ke lantai dua melihat adakah Yuan di kamar.
Namun di kamar kosong, dan ada suara gemericik air yang terdengar di kamar mandi. Tidak usah ditanyakan itu Yuan sedang mandi.
"Lan Yuan." Panggil Juan dengan nada tinggi agar terdengar.
"Hnnn!!"
"Mandi?"
"Tidur."
Dengan melepas jas dan kancing lengan kemeja, Juan terkekeh mendengar jawaban sang istri. Dia gemas sekali mendengar Yuan naik darah.
Hari ini melelahkan setelah pulang bekerja dia masih harus mengerjakan tugas kuliahnya. Maka ketika pulang yang ingin dia lihat adalah istrinya. Siapa yang seperti Juan? Pulang dari bekerja pasti yang dicari adalah pasangannya.
Juan menghamburkan dirinya di kasur setelah membuka tiga kancing kemeja hitamnya. Dia tengkurap merasakan kasur yang empuk. Diapun nyaman lalu tertidur.
Sepuluh menit kemudian Lan Yuan keluar dari kamar mandinya dengan kaos lengan panjang berukuran besar, lalu celana piyama. Rambutnya yang basah diusap menggunakan handuk. Yuan berjalan ke ranjang mendapati Juan terkapar tidak berdaya.
"Juan! Bangun. Heh! Jangan tidur kasurnya nanti kusut."
Memang aneh manusia hamil satu ini. Bukannya kasur digunakan untuk tidur. Tapi ini Juan diusir. Juan enggan menanggapi Yuan. Dia terlalu lelah. Biar saja istrinya mengamuk.
"WE!!" Yuan menampar pantat Juan.
Juan risih, dia melotot ke arah Yuan. Dia itu lelah ingin istirahat justru diganggu seperti ini.
"Apa?!" Yuan melotot juga.
Juan kesal tapi dia tetap bangun lalu duduk di tepi ranjang. Wajahnya cemberut.
"Ganti pakaian dulu, mandi dulu, baru boleh tidur." Yuan terbiasa untuk merapikan kamar. Jadi ketika kamarnya berantakan dia akan marah. Juan sebenarnya anak yang tidak malas. Namun karena menikah dengan Yuan tiba-tiba dia ingin manja yang apa-apa harus diambilkan Yuan. Jadi dia tidak pernah merapikan kasur semenjak menikah.
Juan menatap istrinya yang segar setelah mandi. Sore ini udara memang sedikit panas mengingat sebentar lagi musim dingin.
Yuan terlihat manis, tampan, menggemaskan, can—ralat mempesona. Dan menggairahkan. Juan meneguk ludahnya kasar karena membayangkan dia menjamah Yuan. Ayolah, empat bulan berlalu dan mereka belum melakukan apapun. Hanya tidur dan cuddling. Untuk Juan sebenarnya ini menyiksa tapi mau bagaimana lagi. Dia tidak mau mengambil resiko pada Yuan yang sedang hamil.
"Apa?" Yuan merinding ditatap Juan.
"Tidak." Juan mengehela nafasnya kasar. Tiba-tiba celananya sesak. Dia mencoba mengalihkan dengan berdiri. Niatnya akan mandi. "Aku akan mandi."
Sebelum Juan pergi, Yuan menarik lengannya sampai berbalik. "Tunggu." Yuan melirik bagian bawah. Oh, Yuan tersenyum miring.
"Mesum." Caci Yuan tapi dengan senyum nakal.
Entah belajar darimana Yuan ini, Juan kaget ketika tangan Yuan meremas miliknya. Dalam hati mengutuk istri cantiknya ini.
"Yuan." Geram Juan.
"Apa? Ularmu yang tidak mau tidur."
"Yuan hentikan.!" Juan melotot tajam karena kelakuan nakal Yuan. Dia tidak percaya Yuan menggodanya. Dia tidak mau berharap tapi Yuan kurang ajar sekali.
"Kalau aku tidak mau? Apa yang akan kau lakukan?" Yuan dengan pelan meraba wajah Juan.
Dia juga tidak tahu tapi tubuhnya bergerak sendiri. Melihat Juan yang terangsang justru menyenangkan bagi Yuan. Mereka pun hanyut dalam nafsu syahwatnya. Mereka sudah dewasa, sudah saling paham hanya dengan tatapan mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Little Whoreson S2
ComédieBagaimana jika kenalakan Yibo menurun ke anaknya Proses pdf