"kenapa harus di jodohin si, zize kan udah gede. zize berhak milih pasangan sendiri" protesnya saat gadis berambut pirang itu duduk berkumpul dengan kedua orang tuanya.
"demi kebaikan kamu ze"
"Abi sama umi egois! zize ga suka kaya gin...
Emmm, satu lagi Masih kuat baca wattpadnya? Coba tulis di komen, biasanya kalian baca wattpad jam berapa sampe jam berapa?
Okayyy kita lajodddd
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . . . . . . . . . . . . .
"Ada apa sih ko teriak - teriak?" Panik Surati dengan tangan masih menggenggam spatula.
"Zizah kaget arhan masuk kamar, padahal kan udah izin ke mama bener ga?" Ujar arhan.
Surati tersenyum, "zah gapapa itung - itung latihan ya nanti juga kalian abis nikah sekamar juga" godanya. "Udah ya, mama tinggal dulu. Mau lanjutin masak" lanjutnya sembari pergi berlalu ke luar kamar.
"Sorry zah, gua keluar ya" pamit arhan sembari berjalan menjauh dari ranjang azizah.
"Anter gua pulang"
Seketika langkah arhan terhenti saat kata itu terdengar dari mulut Azizah. Ia tersenyum singkat. Belum sempat membuka pintu ia langsung membalikkan badannya menatap Azizah.
"Anter gua pulang Han" ulang Azizah dengan tatapan polos seorang gadis yang baru saja terbangun dari tidur lelapnya.
"Yakin?"
Azizah mengangguk sembari tersenyum. Kali ini ia akan ikuti kata hatinya. Umi dan Abi pasti khawatir dengan kondisinya saat ini. Azizah tidak mau menjadi beban untuk orang tuanya.
"Makasih ya zah" ucapnya sembari tersenyum riang di hadapan Azizah.
"Ko makasih?"
Arhan berjalan menghampiri gadis itu. Ia mendudukan dirinya di tepi ranjang. Lukanya yang belum seratus persen pulih itu ia paksakan untuk bergerak. Ia menggenggam lengan gadis itu dengan tatapan bahagianya.
"Makasih karena lu udah berubah pikiran buat balik ke rumah. Gua seneng banget, asal lu tau. Om Andre waktu pertama kali lu kabur bene - bener keliatan cemas dan khawatir sama lu. Begitu juga sama umi.." tuturnya.
Kenapa pria itu sebegitu pedulinya dengan keadaan keluarganya. Padahal arhan bukan siapa - siapa. Kenapa dia rela berkorban waktu hanya untuk membujuk dirinya pulang lagi.
