62. HAPPY (END)

4.1K 128 14
                                    

Happy Reading!!
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian di setiap part-nya🧡

° ° ° ° °

Suara dentuman musik yang mengalun dengan kerasnya itu, membuat Seno yang tertidur nyenyak di kamarnya jadi merasa terganggu. Laki-laki itu lantas mengambil earphonenya yang berada di atas nakas, dan memakainya dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul.

Seno mencoba untuk menghilangkan suara musik itu, namun tetap saja, suara musik yang berasal dari samping kamarnya itu mengalahkan suara musik di earphonenya.

"Serra sialan!" umpat Seno, begitu laki-laki itu membuka kedua matanya.

Laki-laki itu lalu bangkit dari tidurnya, dan mengusap kasar seluruh wajahnya. Setelahnya dia turun dari kasur, dan bergegas untuk menuju ke kamar adeknya.

CEKLEK!

"BERISIK!" Satu kata itu Seno lontarkan setelah berhasil membuka pintu kamar Serra. "Lo ganggu tidur pagi gue! Udah tau gue lagi capek juga," ucapnya kesal.

Mendapat semprotan dari Abangnya, Serra yang tengah memakai sheet masknya itu segera mengecilkan volume soundnya yang cukup keras, lalu gadis itu kembali menatap Seno dengan sinis.

"Pagi-pagi, lihat noh jam dinding kamar gue." Seno lantas menoleh, untuk menatap ke arah jam dinding kamar Serra.

"Udah jam lima sore anjrit, lo pikir ini masih jam lima subuh apa?"

Seno tampak diam berpikir, dia coba mengingat kembali, kapan terakhir kali dia tertidur setelah pulang dari pesta semalaman.

"Kayaknya baru sebentar gue tidur," gumam Seno, yang masih dapat di dengar oleh Serra.

"Sebentar-sebentar. Lo tidur udah kayak orang mati, tau gak! Mama aja sampai nyerah buat bangunin lo," sarkas Serra.

"Ck! Gue gak peduli, sekali lagi lo berani nyalain tuh musik, gue banting juga soundnya," ancam Seno.

"Dih? suka-suka gue lah, ini kan kamar gue, dan gue berhak ngapain aja!" protes Serra.

"Tapi lo berisik, Serra! Gue ke ganggu."

"Ya udah, minta Papa aja sana buat pasangin alat pengedap suara di kamar lo, biar gak keganggu."

"Kenapa gak lo aja?"

"Yang ke ganggu siapa?"

Seno diam, menghela napas panjang untuk menahan amarahnya.

"SERRA TURUN! ADA TAMU YANG NYARIIN KAMU NIH!" teriak Iren dari lantai bawah.

Serra mengernyit bingung, namun tak urung, dia membalas ucapan Mamanya. "IYA MA!! SERRA TURUN!"

Gadis itu sekali lagi menatap sinis ke arah Seno, sebelum akhirnya keluar, dan turun ke bawah untuk menemui tamu yang ingin bertemu dengannya.

"Siapa Ma yang dateng?" tanya Serra, begitu gadis itu sudah turun ke lantai bawah.

Serra berjalan ke arah ruang tamu, di mana ada Papa, Mamanya, dan juga tamu laki-laki yang entah Serra sendiri tidak tau. Dia membelakangi tubuh Serra. Namun dari belakang, Serra seperti mengenal tubuh laki-laki itu.

Mereka semua menoleh, termasuk tamu itu. Benar apa yang Serra duga, ternyata laki-laki itu adalah Arion.

"A–arion?" Serra tentu merasa terkejut. Bagaimana bisa Arion berani datang ke sini dan menemui Papa, Mamanya?

Arion terdiam sebentar menatap Serra, sebelum detik berikutnya laki-laki itu menampilkan senyum tampannya.

"Kamu gak malu?" tanya Iren, begitu Serra hendak mendudukkan tubuhnya.

SERIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang