LXR 35

1.1K 93 2
                                    

Catatan!
Jika ada kesamaan baik nama, latar, alur, atau mungkin jalannya cerita, itu hanya kebetulan semata

Hargai sebagai sesama penulis maupun pembaca, dilarang plagiat, no copy paste

Hard word / typo bertebaran
Sider's jauh-jauh sana
Jangan lupa vote komennya, bikin author seneng gak susah kok
_____________________________

|

|

|

|

|

|

|

***

"Apa Abang Rui masih belum mau bangun? Ini sudah hampir sore"

Ken tau, tak hanya dirinya yang khawatir dengan kondisi Tuan Mudanya. Tapi juga para Tuan Muda yang lain.

Setelah mendengar penjelasan dari keempatnya yang menyatakan jika mereka adalah teman Rui membuat nya memperbolehkan keempatnya untuk berada di dekat Rui.

Teruntuk para orang tua keempatnya mereka memutuskan untuk menunggu di ruang tengah di temani beberapa bodyguard yang berjaga. Dan juga beberapa maid yang bertugas.

Jika bodyguard Rui yang bertugas bisa di hitung dengan jari, bedanya teruntuk maid yang bertugas mereka sangat amat jarang datang karena Rui yang juga tidak pernah mengundang tamu ke kediaman nya.

Tapi karena kedatangan tamu dari teman-teman Tuan Muda mereka membuat mereka datang ke sana untuk membantu.

"Keknya belom, diliat-liat juga keknya masi anteng. Penasaran mimpiin apa di sana? Keknya seru banget sampe betah" Sahut Ishaq seraya menatap Rui yang belum menunjukkan tanda-tanda akan sadar.

"Mungkin aja, lagian Rui juga akhir-akhir ini jarang istirahat kan? Dia juga keliatan banget sibuknya sampe lupa buat istirahat" Sahut Andara.

"Hmm, Kak Ruru emang selama ini selalu begini ya? Baru kali ini liat dia cape banget, tapi seneng juga liat dia akhirnya istirahat" Sahut Tian.

"Abang Rui emang selalu apa-apa sendiri, karena dianya gak punya siapa-siapa jadi dia jarang ngeliatin dirinya sendiri" Ujar Ary menyahut.

Keempat nya duduk anteng di lantai menghadap ke arah Rui. Sudah ada setengah jam mereka menunggunya sadar, tapi mereka semakin cemas saat melihat nya justru semakin keliatan lemah dengan raut kelelahan nya itu.

Seolah memiliki ikatan persaudaraan yang kuat, Ary mendekatkan kepalanya agar bisa melihat Rui dari dekat. Hingga akhirnya ia menyandarkan kepalanya pada tepi tempat tidur Rui.

"Abang... Cepet bangun dong.. Abang gak mau liat piala abang apa?"

Ary bergumam lirih seraya menggenggam tangan Rui yang bebas dari infus. Ia benar-benar sudah menganggap dirinya sebagai kakak untuk nya.

Dan saat ini ia benar-benar merasa seperti sedang melihat kepergian seseorang yang teramat berharga untuk nya.

Saat asik melamun dengan pikirannya, Ary tersentak kaget saat merasakan tangan di genggaman nya bergerak. Yang membuatnya reflek menatap ke arah Rui yang perlahan membuka matanya.

Ia reflek bangkit dan menatap ke arah Rui yang akhirnya membuka matanya.

"Abang.."

Ishaq, Andara dan Tian reflek berdiri begitu mendengar Ary memanggil Rui.

[Transmigrasi] Second ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang