LXR 46

775 70 1
                                    

Rumah Sakit Keluarga Arbianka.

Hari berlalu menjadi malam. Tapi sampai sekarang belum juga menunjukkan tanda-tanda Rui akan sadar. Menurut penjelasan dari Ary, karena racun yang masuk ke tubuhnya membuatnya tertidur pulas dalam waktu lama.

Untuk Zion dan Mahen mereka izin pulang duluan karena keluarga mereka sudah menghubungi mereka untuk kembali ke rumah mereka masing-masing.

Sementara Andara, Ishaq dan juga Tian ada sedikit tidak rela meninggalkan Rui di sana. Walaupun di temani dengan Ary bersama ayah ibunya. Tapi tetap saja mereka merasa tidak rela.

Dan dengan berat hati mereka pun pulang ke kediaman mereka masing-masing.

Dan karena hari sudah malam, dan juga Ary yang kelelahan ia terlelap di sofa tempat ruangan Rui di rawat.

"Tangannya... Halus sekali" Leona terlihat mengusap dengan hati-hati tangan Rui yang terbebas dari infus.

Di sebelah nya ada Zayan yang terlihat menatap intens ke arah Rui yang terlelap. Sedikit merasa dejavu karena melihat sebagian proporsi wajah Rui terlihat seperti wajah istrinya.

Hingga tangannya ikut menggenggam tangan Rui yang sedang di genggam Leona. Dan ia cukup tertegun saat merasa tangannya benar-benar halus. Padahal dari yang ia tau dan ingat anak itu pernah melakukan tindakan yang tidak seharusnya di lakukan anak seumuran nya. Seperti bertarung dan sebagainya.

Hingga ia di buat terpaku pada tanda yang bergaris seperti cakaran di bagian pergelangan tangannya. Meskipun bukan bekas luka, tapi lebih terlihat seperti tanda lahir.

"Sayang"

Lamunan Zayan buyar mendengar panggilan Leona.
"Ada apa?"

"Apa hanya aku yang merasa jika dia putra kita? Dilihat dari segi manapun bukankah dia mirip dengan ku?" Pungkas Leona seraya tersenyum sedu menatap jemari nya dan jemari suaminya bertaut dengan jemari remaja di depannya.

"Sayang... Maaf, aku masih belum menemukan keberadaan putra kita" Ujar Zayan penuh penyesalan.

"Tidak tidak, itu bukan salah mu. Lagipula mau bagaimana pun itu karena kelalaian kita yang kurang penjagaan di saat kita berada dalam kepungan musuh bukan? Jika boleh berharap, aku sangat ingin dia yang menjadi putra ku. Aku ingin sekali memeluk nya" Pungkas Leona dengan air mata yang perlahan membasahi kedua sisi wajahnya.

"Sayang..."

Melihat istrinya kembali menangis karena perihal serupa yaitu putranya yang telah hilang saat ia baru lahir dulu, membuat Zayan memeluk nya untuk menenangkan nya.

Tentunya dengan tangan yang masih bertaut satu sama lain. Hingga kemudian mereka berdua merasa ada pergerakan pada tangan yang mereka genggam. Dan betapa terkejut nya mereka saat melihat Rui yang perlahan membuka kedua matanya.

Di lihat-lihat sekarang mereka baru sadar jika manik mata Rui sama persis dengan milik Zayan.

"Rui, sayang, apa ada yang sakit? Atau mungkin pusing" Tanya Leona dengan cemas.

Mengingat saat di periksa tadi dokter juga menemukan beberapa luka yang Rui dapat tersembunyi di balik pakaian yang ia kenakan. Belum lagi luka di kepala nya itu.

Rui sesaat mengerjapkan matanya beberapa kali, hingga ia terbiasa dengan cahaya yang masuk ke dalam retina nya barulah ia menatap sepasang kekasih yang ada di depan mata nya.

"Di mana..."

"Kau di rumah sakit, karena terluka dan baru saja keracunan tadi. Oh ya dan perihal absensi kelas mu teman-teman mu sudah mengurusnya" Jawab Zayan saat mendengar kalimat pertama yang Rui ucapkan.

Rui sesaat memejamkan matanya di kala ia merutuki kebodohan nya sendiri yang dengan percaya diri meminum racun yang padahal ia tau tubuh yang ia tempati belum terbiasa.

'Sialan, lo bego banget apa gimana sih anj'

"Sayang"

Rui kembali membuka matanya dan bersitatap dengan Leona yang barusan memanggilnya.

"Jika berkenan dan di perbolehkan, apa Rui mau menjadi bagian dari Keluarga Arbianka?" Tanya Leona dengan kedua tangan menggenggam erat tangan Rui.

Rui tentu sadar jika tangan nya saat ini sedang dalam genggaman seseorang. Tapi mengenai permintaan dari wanita di depannya entah kenapa Rui ragu sendiri. Memangnya dia pantas menyandang nama tersebut.

Dari yang ia tau, nama Arbianka terkenal karena banyak nya sanjungan atas kemampuan masing-masing anggota keluarga nya dalam bidang tersendiri.

Mau itu dalam bidang pendidikan, kedokteran, perusahaan, bahkan non akademik yang banyak mendapat kejuaraan.

"Maaf, tapi aku tidak bisa"

"...Kenapa?"

Leona tentunya lesu mendengar penolakan dari Rui. Ayolah, apa yang dimiliki keluarga Arbianka adalah yang di idam-idamkan banyak orang. Tapi Rui justru menolaknya.

"Entahlah, aku hanya merasa... Apa aku pantas untuk itu? Semua ketenaran yang kalian dapat dengan kerja keras kalian di berikan padaku yang notabene hanya orang asing" Pungkas Rui seraya menatap tangannya yang masih bertaut dengan tangan Leona.

Baik Leona maupun Zayan sama sama terdiam mendengar alasan Rui. Selama ini... Orang-orang yang mereka temui seperti penjilat. Kadang penurut dan patuh, tapi kadang juga menyebabkan kehancuran dalam keluarga mereka.

Tapi... Hanya Rui. Hanya Rui seorang yang baru saja menolak permintaan Leona. Yang bahkan di keluarga nya itu adalah perintah mutlak bagi mereka.

"Kalau begitu aku akan melakukan sesuatu agar kau bisa pantas menyandang nama Arbianka di belakang namamu" Pungkas Zayan dengan senyuman penuh arti.

"Apa itu sayang?" Heran Leona.

"Aku akan mengadakan kompetisi pencarian putra kita yang hilang. Dan yang ku tau keturunan Arbianka bisa melewati semua ujian yang akan di jalankan. Dan dengan ini aku secara resmi mengundang mu untuk ikut berpartisipasi. Ku harap kau tidak menolak yang satu ini" Jelas Zayan mengutarakan niatnya.

"Tung—apa?" 'Kompetisi apa itu? Di novelnya tidak ada... Eh sebentar...'

Rui yang semula hendak menyela di buat bungkam saat mengingat scene yang di hapus dalam cerita novel asli 'Who's my parent'. Yang menceritakan scene kompetisi pemilihan anak untuk mengisi kursi kosong di tempat keluarga Arbianka. Yang mana saat di novel posisi itu sudah terisi oleh Antagonis cerita.

"Bagaimana sayang? Kau mau kan ikut kompetisi ini? Aku mohon ikut ya, untuk aku" Pinta Leona memohon seraya menatap Rui dengan aegyo andalannya.

Biasanya anggota keluarga nya jika mendapat aegyo dari nya mereka akan luluh.

'Ughh.. Berhenti masang muka memelas kek gitu!? Gue gak tega liat nya'

Rui menghela nafas kasar mendengar keduanya bersikukuh membuatnya menjadi bagian dari keluarga mereka.

"Ya baiklah"

Greb!!

"Terimakasih"

_____________________________
__________________________
_____________________
_____________
________

To be continue...

[Transmigrasi] Second ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang