LXR 38

919 88 2
                                    

"Jadi.. Dia yang lo maksud? Tumben amat ambil yang kelas 11?"

"Gue sendiri bingung anjir, tapi pak Kepala Sekolah cuma ngasih taunya begituan"

"Gila sih kalau yang lebih muda malah dapet kesempatan buat tanding sama kating sekelas sarjana"

"Iya juga ya"

Rui sesaat mendengus kesal karena sedari tadi dirinya terus di bicarakan. Ia tidak masalah perihal mereka yang membicarakan nya, hanya saja apa mereka tidak bisa menelankan sedikit nada bicara mereka.

Dirinya yang sedang belajar jadi terganggu btw.

"Diam"

Sesaat ruang OSIS tersebut segera hening ketika salah seorang anggota nya berucap. Nada dingin datar dan mengintimidasi nya sukses membuat rekannya yang lain terdiam.

"Dia lagi belajar, jadi jangan berisik" Tutur nya dengan nada sarkas.

Dengan ucapan yang tertuju pada Rui yang kini mengerjakan tugasnya dengan santai saat ruangan tersebut hening.

"Y-ya... Maaf"

Ruangan tersebut yang semula bising karena percakapan para anggota OSIS, kini menjadi hening saat Wakil Ketua OSIS menginstruksikan rekannya untuk diam.

Sementara Rui ia kembali fokus mengerjakan latihan ujiannya dengan santai tanpa halangan sama sekali. Ada pula seorang Ketua OSIS yang mengawasi setiap coretan yang Rui tuliskan.

'Teliti, jenius dan...'

'Cepat'

Sang Ketua OSIS terlihat beberapa kali melirik ke arah Rui yang terlihat santai dengan soal kelas Sarjana di tangannya itu. Jujur ia cukup terkejut saat melihatnya dengan tepat dan cepat mengerjakan satu persatu soal yang ada.

Tkkk...

"Selesai"

Hingga ia di buat menatap Rui yang selesai mengerjakan latihannya. Lalu ia melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 12.24 yang itu artinya hanya selisih 20 menit baginya menyelesaikan 50 soal latihan tersebut.

"Mulai besok dan seterusnya lo harus terus ke sini. Sampai hari-H perlombaan lo bakal latihan di sini" Tutur Sang Ketua OSIS.

Rui mengangguk mengerti yang kemudian ia mengambil satu buku yang kebetulan di letakan di meja. Dengan tenang ia membaca buku tersebut menghiraukan anak-anak OSIS yang terlihat tercengang melihat Ketua mereka berucap panjang lebar. Dan lagi apa tadi? Lo? Mereka baru sadar jika Ketua mereka ternyata bisa berbicara dengan bahasa gaul juga.

Jika dengan mereka yang ada dirinya malah hanya menyahut dengan isyarat tubuh, kalau sedang dalam mood yang buruk ia pasti akan menggunakan lirikan mata saja. Itupun kadang hanya deheman yang menyahut.

Tapi remaja di depan mereka ini... Dapat membuat Ketua mereka berucap panjang lebar dan juga menggunakan bahasa gaul? Itu termasuk pendekatan yang baik.

Waktu berlalu.

Jam menunjukkan waktu untuk pulang. Dan sekarang Rui sedang membereskan peralatan sekolah nya di kelas. Kebetulan tadi di ruang OSIS sempat melakukan beberapa perbincangan mengenai penjelasan soal yang Rui kerjakan bersama Ketua dan Wakil Ketua OSIS di sana.

Jadi saat ini kondisi kelas sudah sepi. Bahkan tinggal beberapa siswa saja yang berlalu lalang di koridor sekolah.

Di rasa beres barulah Rui beranjak keluar kelas menuju tempat parkiran motor. Di sana ia melihat ada beberapa motor berjejer rapih di sebelah motor nya. Dan entah kebetulan dari mana Rui melihat Ketua dan Wakil Ketua OSIS ada di dekat motornya, dengan posisi duduk bersandar pada motor mereka.

Rui memutuskan acuh karena mengira mereka hanya sedang menunggu rekannya yang lain.

"Abang"

Hingga langkahnya terhenti saat ia mendengar suara seseorang memanggil dirinya. Cengkraman tangan yang memegangi tali ransel nya tanpa sadar menguat.

Hingga ia memutuskan acuh dan meneruskan jalannya menuju motor miliknya.

"Abang!"

Grebbb

Tubuh Rui kembali berhenti melangkah saat seseorang mendekap nya dari belakang. Sesaat tubuh nya terhuyung ke depan karena dorongan mendadak tersebut tapi Rui dengan baik menyeimbangkan tubuh nya agar tetap berdiri tegap.

"Abang... Kita minta maaf, okey kita salah di sini. Tapi Abang jangan jauhin kita dong"

Rui sesaat mendengus kesal. Hal tersebut tentunya di sadari oleh dua kutub utara yang terlihat masih berdiri-bersandar pada motor mereka.

Rui melepaskan tangan yang memeluk pinggang nya itu lalu membalikkan tubuh nya untuk menatap siapa yang barusan memeluknya.

"Ab—"

"Kalau gak mbahas itu di sini bisa? Gue lagi gak mood buat bahas itu sekarang" Sarkas Rui menyela ucapan Ary.

Ary yang semula hendak berucap kembali di buat bungkam. Mulutnya seolah terkunci, lidahnya seolah terasa kelu. Membuatnya tidak bisa mengatakan apapun selain menundukkan kepalanya.

"Rui..."

"Termasuk kalian, gue lagi gak mood bahas apapun. Jadi jangan seenaknya ngomong kalo gak tau kebenarannya" Sambung Rui seraya menatap dingin ketiga orang yang ada di belakang Ary itu.

Ishaq, Andara maupun Tian di buat bungkam. Ketiganya sama-sama terdiam saat mengingat perbincangan beberapa hari lalu membuat jarak memisahkan mereka.

'Elu sih!' Ishaq melirik sinis ke arah Andara yang menjadi awal pertikaian ini.

'Apa liat-liat? Gue tau gue cakep' Andara yang sadar di lirik Ishaq tentunya tak kehilangan jiwa narsis nya.

'Ni bocah lama-lama ngajak gelut gak sih? Gue temenan sama dia akhir-akhir ini gue yakin bakal botak yang ada' Tian murung dengan wajah cemberut mendengar ucapan Rui.

Apalagi saat mengingat dirinya sudah berteman dengan Ishaq, Andara dan juga Ary akhir-akhir ini. Namun bukannya pertemanan seperti pada umumnya, ia justru merasa berteman dengan mereka seperti menciptakan ruang baru untuk melampiaskan emosi.

'Pengen banget gue semprot sekarang tapi masalahnya ini masih ada Kak Ruru. Nanti kalo gue yang kena trus gak jadi minta maaf kan parah'

Tian hanya bisa menghela nafas lesu perlahan. Hingga kemudian ia sedikit mendongak ketika melihat ada gerakan dari Rui.

Sementara Rui yang melihat keempat nya terdiam hanya melipat tangannya dan menatap dingin mereka. Jujur, ia masih merasa kecewa saat mengingat masa masa itu. Ada rasa untuk menghajar mereka satu persatu, namun sayangnya ia malas.

"Gue ada keperluan, kalau gak ada yang mau kalian omongin gak usah ngajak ngobrol. Buang-buang waktu"

Rui berbalik untuk melanjutkan tindakan nya tadi.

Set

Grrttt

_____________________________
__________________________
_____________________
_____________
________

To be continue...

[Transmigrasi] Second ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang