LXR 40

738 55 0
                                    

Rui mengendarai motor nya dengan kecepatan standar. Hingga kemudian ia sampai di kediaman Ary.

Bodyguard yang berjaga di gerbang kediaman tentunya di buat siaga saat melihat kedatangan orang asing di sana. Tapi melihat adanya Ary yang terlelap di gendongan pemuda tersebut membuat nya membukakan gerbang kediaman.

"Biar saya saja yang membawa Tuan Muda ke dalam, sebelumnya terimakasih untuk bantuannya... Eum Tuan?" Ujar sang bodyguard.

Saat ia mencoba mengangkat Ary, si empunya seolah sadar dan mengeratkan pegangannya pada pinggang Rui.

"Sepertinya Tuan Muda tidak ingin jauh dari Tuan, jika tidak keberatan biar saya antarkan ke dalam kediaman sekaligus Tuan"

Menyadari Tuan Muda nya mungkin tidak ingin jauh dari pemuda di depannya, akhirnya ia memutuskan mengalah dan mengantarkan Rui menuju kamar Ary berada.

Rui menghela nafas kesal, yang akhirnya mau tak mau ia menggendong anak itu ke dalam kediaman nya. Saat di ruang tamu ia berpapasan dengan Kepala Keluarga Arbianka. Zayandra Arbianka.

"Oh? Apa terjadi sesuatu pada nya tadi? Biar aku saja yang membawa nya"

Zayan pun mengambil alih tubuh Ary agar berada dalam dekapannya. Hingga kemudian ia mengusap punggung sempit putra bungsu nya agar kembali terlelap kala si empunya bergerak tak nyaman dalam dekapan nya.

"Perbincangan beberapa hari lalu, jika tidak ada kepentingan lain saya izin pamit" Rui yang merasa tidak ada urusan apapun lagi pun beranjak pergi.

"Tunggu sebentar"

Rui berbalik menatap heran Zayan yang terlihat menatap nya intens dari atas sampai bawah.

"Sebelum itu... Boleh ku tau siapa nama mu? Maksudku nama lengkap" Pinta Zayan.

"Ruinard, saya tidak memiliki nama marga"

"Kalau begitu apa malam nanti kamu bisa datang kemari untuk berkunjung? Kebetulan ada perihal penting yang ingin saya bicarakan dengan mu"

"Untuk beberapa hari ke depan saya akan sibuk karena urusan lomba sekolah. Jadi mohon maaf saja Tuan Besar Arbianka, saya tidak bisa memenuhi permintaan Tuan. Jika tidak ada lagi yang dibicarakan saya izin pamit" Jawab Rui seraya berbalik beranjak pergi dari sana.

“Saya memiliki urusan dengan kelas saya Tuan Arbianka terhormat, jadi maaf saja saya tidak bisa bertemu dengan anda besok”

Deggg

Zayan terhenyak. Penolakan sopan dari Rui barusan... Sama persis seperti percakapan nya dengan sang istri beberapa tahun silam sebelum mereka menjadi keluarga.

Selama ini, beberapa orang yang ia temui jika menolak pasti secara langsung. Paling tidak secara tidak langsung tapi langsung menolak. Hanya istrinya yang dulunya menolak permintaan nya untuk jalan bersama dengan sopan.

Dan pemuda tadi... Melakukan hal serupa yang di lakukan istrinya?

'Apa ini sebuah pertanda? Tidak mungkin bisa sampai semirip itu...'

————•••

Malam hari. 22.34 PM.

Duagh

Krakk

Bugh

Kreekk

Tak

Kretek

DOR!

[Transmigrasi] Second ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang