3

704 69 17
                                    

Hello all!

Welcome back to (Name)'s story!

Maaf kalau ada kesalahan dalam penempatan kata, ada kata tidak baku, kata toxic, dan lain sebagainya.

Okay, Happy reading and enjoy all!(⁠◠⁠‿⁠・⁠)⁠—⁠☆

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

.


(Name)'s POV


"985,9 meter"

"Woah! Sugoi!"


"Hampir 1 kilometer!"

'kenapa tidak sekalian 1 kilometer saja?! Tidak elit sekali!' batinku.

/Yaelah. Sgitu jg dikasih 900-an. Emg krng bersyukur si nem satu ni. lama-lama ku tabok jga pala tu ank.

"(Name)-chan hebat sekali! Tadi kamu menggunakan angin sebagai dorongan, ya? (Name)-chan semulanya mengumpulkan angin di sekitarnya, lalu menggenggam bola dengan angin angin itu. Saat (Name)-chan melemparnya, kamu mendorong anginnya, bukan bolanya! Oh iya, tadi juga rambut (Name)-chan menjadi sedikit putih. Tapi sekarang tidak." Analisis Izuku memang rumit. Aku sendiri saja tidak tau bagaimana cara bekerja quirk-ku sendiri.

"Benar! Kamu tau lebih banyak tentang quirk-ku dari pada aku yang punya. Dan analisis Izuku yang rumit itu, entah kenapa tidak bisa menempel di otakku. Tapi setiap Izuku menganalisis quirk-ku kamu selalu benar! Dan untuk rambutku, itu memang akan berubah menyesuaikan elemen apa yang ku pakai." Jawabku mengenai perkataan Izuku tadi.

Ya ampun. Padahal kami tumbuh bersama sedari lahir ke dunia. Tapi otak kami malah berbalik. Izuku sangat pintar dalam menganalisa dan pelajaran. Tapi aku malah sebaliknya.

Eh, tidak deng. Aku juga terbiasa menganalisa, tapi aku membutuhkan lebih banyak waktu dari pada Izuku. Dan analisa ku tentu saja tidak selalu benar. Sudah lama, tingkat analisa nya juga hanya 56% .

Dan kalau untuk pelajaran, aku tidak begitu pintar sih. Ya, aku mengaku. Izuku lebih unggul dalam hal ini.

Aku hanya menonjol karena quirk-ku.

Perbedaan diantara aku dan Izuku adalah berbeda gender, memiliki atau tidaknya quirk, pintar atau tidaknya dalam pelajaran, dan bahkan bisa dan tidaknya dalam memasak.

Ya, aku tidak bisa memasak.

Bukan tidak bisa, sih. Tapi aku memang memiliki trauma dengan benda tajam dan api. Itu karena kasus penculikan saat aku masih kelas 4 SD.

Dan itulah awal kisahku yang ingin menjadi hero. Karena saat itu All Might datang dan menyelamatkan ku yang memang sudah ada beberapa bekas luka sayat di lengan bagian atas. Ya lebih ke pundak sih.

Dan kalau untuk api. Itu memang kelemahan ku. Makanya aku jarang menggunakan api sebagai senjata, karena belum bisa meng-kontrol nya dengan baik. Takutnya malah senjata makan tuan. Tetapi awalnya api adalah senjata utamaku. Tapi jadi bergeser karena memang aku di ancam oleh penculik menggunakan Api di hadapanku. Dan api itu sempat membakar beberapa helai rambutku.






"Selanjutnya, Midoriya Izuku." Panggilan Aizawa-sensei itu membuyarkan lamunanku.

Semua pasang mata langsung tertuju pada Izuku yang di sebelahku

Aku menoleh ke arah Izuku, terlihat ia memasang tampang yang semangat.

"ganbatte nee, Izuku!" Ucapku menyemangati.

𝐒𝐄𝐕𝐄𝐍𝐓𝐇 || 𝐁𝐍𝐇𝐀 𝐱 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang