46.Pergi untuk sementara?

2.1K 113 2
                                    

"Untuk kalian para laki-laki, dahulukan lah istri kalian karena kunci masuk surga adalah memuliakan istri kalian, memang benar dalam hadis sudah tertulis ibumu, ibumu, dan ibumu, tetapi jika kalian di beri pilihan istrimu atau ibumu maka kalian dianjurkan untuk memilih istri, tetapi jangan sampai ibu kalian tahu atau sakit hati."

-Arshaka El-Zein-



"Aa, liat deh..." Afizza menunjukkan semua baju-baju barunya pada Gus Shaka.

Gus Shaka menoleh sambil tersenyum "humairaa... Sini" Afizza mengangguk kemudian menaruh kembali bajunya dan menghampiri Gus Shaka.

"Kenapa, a?" tanya Afizza yang sudah terduduk di samping Gus Shaka.

"Kamu tau tentang hisab kelak?" Afizza terdiam lalu mengangguk kecil.
"Apa coba?" tanya Gus Shaka lagi.

"Hisab itu, segala sesuatu yang harus kita pertanggung jawabkan, mulai dari barang-barang yang sehari-hari kita pakai kan, a?" Afizza tersenyum. Gus Shaka mengangguk seraya mengelus puncak kepala Afizza.

"Shahih, maa sya Allah. Istri Aa sekarang sudah semakin pintar!" Gus Shaka tersenyum sambil menoel hidung mungil Afizza membuat sang empu mengulum senyumnya menahan semburat merah pada pipinya.

"Tetapi tidak hanya itu, semua barang-barang kamu akan di hisab kelak. Jadi Aa minta kamu jangan lagi memperbanyak baju-baju kamu, itu akan memberatkan hisab kamu kelak. Humairaa..." lanjut Gus Shaka tersenyum.

Afizza terdiam lalu mengangguk kecil "iyah sayang, berarti baju yang aku beli tadi, itu akan di hisab yah?" Gus Shaka mengangguk seraya mengelus puncak kepala Afizza.

"Yaudah deh, aku bakal kasih baju aku ke panti asuhan yang ada di depan aja" Afizza tersenyum kemudian beranjak, mengambil separuh baju-baju untuk di masukkan ke dalam kardus.

Gus Shaka yang melihat itu tersenyum sambil menatap lekat wajah cantik istrinya bagaimana bisa saya terpikat pada wanita lain, sedangkan wanita saya saja cantiknya sudah seperti bidadari surga. Batin Gus Shaka dengan terkekeh kecil.

Afizza menoleh ke arah Gus Shaka "Aa, sudah!" antusiasnya kemudian menarik kardus itu ke pinggir pintu, saat hendak Afizza membawa kardus itu untuk ia gendong dengan cepat Gus Shaka mencekal tangan Afizza.

"Biar, Aa saja" Afizza tersenyum kemudian mengangguk.

Gus Shaka menggendong kardus itu kemudian ia membawanya ke ruang tamu, sedari tadi Afizza terus mengikuti Gus Shaka dari belakang hingga...

SEPERTIGA MALAMKU (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang