54.Kepulangan Sang Murobbi

2.3K 139 10
                                    

"Hidup itu antar adzan dan sholat. Lahir di adzankan, mati di sholatkan. Lahir di tolong orang, mati di gotong orang. Dan sholatmu akan membantu setelah kematianmu."

-Arshaka El-Zein-

Hari ini Afizza di sibukkan dengan membersihkan kamar putranya, ia dn Gus Shaka sudah merencakan ketika keduanya sudah mempunyai anak, maka mereka akan membuatkan kamar sendiri untuk anaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini Afizza di sibukkan dengan membersihkan kamar putranya, ia dn Gus Shaka sudah merencakan ketika keduanya sudah mempunyai anak, maka mereka akan membuatkan kamar sendiri untuk anaknya.

"AA... TOLONG BANTUIN AKU SEBENTAR!" teriak Afizza dari kamar putranya.

Gus Shaka yang mendengar teriakan istrinya terkekeh "nak, baba bantuin buna kamu dulu, yah!" Gus Shaka mencium lembut kening putranya lalu beranjak menghampiri Afizza.

"Tolong apa, habibatiku..." Gus Shaka tersenyum manis.

Afizza berbalik "ini tolong angkatin... Bawa ke sana" tunjuk Afizza ke arah luar kamar.

Gus Shaka mengangguk kemudian mengangkat kardus itu untuk ia taruh di tempat yang istrinya suruh.

"Sayang... Udah!" Gus Shaka mengintip Afizza dari balik pintu.

"Yaudah... Jagain anak aku lagi" Gus Shaka mengangguk kemudian melenggang meninggalkan Afizza yang masih sibuk dengan urusannya.

Gus Shaka kini sudah berada di samping putranya, ia mengelus halus pipi mungil putranya seraya tersenyum.

"Jagain buna yah... Jangan pernah sakitin hati buna, jangan buat buna menangis, harus nurut sama buna, jadi anak yang sholeh..." Gus Shaka terus mengelus pipi halus putranya.

¶¶¶

"Hana..." panggil seseorang yang berdiri tegap.

Hana berbalik lalu mendongak betapa terkejutnya ia tatkala melihat pemilik sumber suara yang memanggilnya tadi.

"G-gus Haidar?" Hana kembali menunduk dalam seraya mencengkram gamisnya.

Gus Haidar tersenyum tipis "maafkan saya..." lirih Gus Haidar.

Hana mengernyit di dalam tunduknya, ingin rasanya ia mendongak lalu menatap wajah tampan calon suaminya itu.

"Maaf untuk apa ya. Gus?" tanya Hana bingung.

"Biar... Orang tuamu yang bicara" Gus Haidar menghembuskan nafasnya berat "saya permisi, assalamualaikum.." lanjutnya kemudian melenggang meninggalkan Hana yang masih kebingungan.

Tak lama ia menerima kabar bahwa orang tuanya menelpon pihak pesantren, dengan cepat ia berlari untuk menerima panggilan dari orang tuanya.

SEPERTIGA MALAMKU (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang