49.Pertemuan pertama

1.7K 105 2
                                    

"jangan pernah melepaskan permata di genggamanmu hanya karena engkau melihat kilauan emas yang berbeda dari kejauhan."

-Arshaka El-Zein-

Afizza kini sudah tertidur lelap di samping brankar Gus Shaka, sedang sang empu hanya menatap lekat wajah teduh istrinya dengan senyum manisnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Afizza kini sudah tertidur lelap di samping brankar Gus Shaka, sedang sang empu hanya menatap lekat wajah teduh istrinya dengan senyum manisnya.

Gus Shaka mengelus lembut kepala Afizza ya Allah jadikan lah istri  hamba menjadi bidadari hamba di surga gumam Gus Shaka seraya tersenyum.

ceklek

pintu terbuka dengan menampilkan gadis kecil yang kini sudah tersenyum  manis, gadis kecil itu menghampiri Gus Shaka dengan berjalan pelan agar tidak membangunkan Afizza.

"Baba, gakpapa kan?" tanya Kiara. Ya, yang menghampiri Gus Shaka adalah Kiara, ia memang sedari awal ada di rumah sakit tetapi ia enggan untuk masuk, karena takut akan mengganggu kebersamaan orangtuanya.

Gus Shaka mengangguk kemudian menepuk samping brankarnya satu lagi, sang empu menurut lalu duduk di samping brankar Gus Shaka.

"putri baba sekarang sudah dewasa, pasti sekarang sudah menyukai seseorang?" goda Gus Shaka seraya terkekeh.

Kiara menggeleng kuat "enggak... Kia, gak suka sama siapa-siapa!" Gus Shaka memicingkan matanya tatkala melihat semburat merah pada pipi putrinya, benarkah putrinya sedang mencintai seorang pria?

"benarkan apa yang baba bilang.." Gus Shaka terkekeh.

Kiara lagi lagi menggeleng "apa sih, baba aneh..."

"Duh pu-"

"Baba, Kia pengen denger cerita awal baba ketemu umma dong!" potong Kiara antusias dengan mata berbinar.

Gus Shaka terdiam lalu tersenyum "mau denger, hm?" Kiara mengangguk cepat seraya tersenyum.

Flashback on

Seorang pria muda kini turun dari mobil dengan membawa koper yang lumayan besar, pria muda itu memakai jubah putih, peci putih, dan juga sorban yang ia lilitkan di leher.

Pria itu berjalan melewati gang sepi dengan lampu-lampu jalan yang redup,tetapi itu tidak membuatnya takut karena ia hanya takut kepada sang Pencipta.

Tak di sangka ia melihat seorang gadis yang berjalan gontai, ia melihat di ujung jalan ada seseorang yang mengikutinya, dengan cepat ia berjalan kemudian menghadang gadis itu.

SEPERTIGA MALAMKU (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang