50.Trombosis

1.8K 114 3
                                    

"Manusia tanpa cermin tidak akan tau rupa parasnya, dan manusia tanpa nasehat tidak akan tau dimana letak kesalahannya."

-Afizza Shakila Kinanan-

Hati ini Gus Shaka sudah di perbolehkan pulang, ya meskipun ini adalah alibinya saja, sebab ia tak mau terlalu lama menetap di rumah sakit, jadi ia beralasan pada istrinya bahwa ia sudah di perbolehkan untuk pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hati ini Gus Shaka sudah di perbolehkan pulang, ya meskipun ini adalah alibinya saja, sebab ia tak mau terlalu lama menetap di rumah sakit, jadi ia beralasan pada istrinya bahwa ia sudah di perbolehkan untuk pulang.

Gus Shaka menuruni brankar dengan di bantu Afizza, ia kini berdiri sembari memegangi kepalanya yang terasa sakit, tetapi ia mencoba menahannya ia tak ingin istrinya terus khawatir.

Afizza saat ini di sibukkan dengan membereskan semua barang-barang milik Gus Shaka dan juga dirinya, setelah selesai ia memopong Gus Shaka untuk keluar ruangan.

Sesampainya di depan ruangan ternyata sudah ada mertuanya dengan sigap Kiyai Hasan membantu Gus Shaka, tak lama dokter datang dengan membawa kertas di tangannya.

"Pak, buk. Ini kertas izin untuk pasien pulang, yah." Kiyai Hasan mengangguk kemudian mengambil kertas itu.

"Yasudah, sekarang kita pulang. Syukron pak dokter!" ujar Kiyai Hasan lalu membawa Gus Shaka.

Kini hanya tersisa Afizza dan Umma Lina, ia dan mertuanya memutuskan untuk tidak ikut langsung dengan suaminya melainkan ia akan mengecek kandungannya terlebih dahulu.

"Silahkan berbaring, bu!" titah bu dokter pada Afizza.

Afizza mengangguk kemudian merebahkan dirinya di atas brankar, ia membuka bajunya dengan menampilkan perut besarnya.

"Maa sya Allah, ini dede bayinya bu." ucap bu dokter yang bernama Riska.

Afizza tersenyum sumringah "maa sya Allah, debay nya baik-baik aja kan dok!" dokter Riska mengangguk antusias.

"Alhamdulillah... Dede bayinya sehat!"
"Alhamdulillah..." sahut Afizza seraya mengusap wajahnya.

setelah beberapa menit...

Kini Afizza dan Umma Lina menghampiri Gus Shaka dan juga Kiyai Hasan. Afizza dan Umma Lina masuk ke dalam mobil secara bersamaan, tetapi ada yang membuat Afizza bingung, sedari tadi mertuanya itu tidak banyak berbicara. bahkan hanya untuk menanyai cucunya saja ia tidak, entahlah ia tidak tahu apa yang terjadi.

Saat ia sudah masuk ke dalam mobil, ia tak sengaja melihat kaca depan mobil yang menampilkan wajah Gus Shaka dengan mata sembabnya.

"Aa, abis nangis?" tanya Afizza seraya menaikkan satu alisnya.

Gus Shaka hanya melirik sekilas ke arah Afizza "tidak..." balas Gus Shaka singkat.

Kiyai Hasan yang mendengar itu hanya menghembuskan nafasnya berat, tak lama ia melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Setelah perjalan cukup lama akhirnya keluarga Gus Shaka sampai tujuan dengan selamat.

SEPERTIGA MALAMKU (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang