55.Kehilangan yang abadi

1.8K 101 7
                                    

"Sesulit apapun keadaanmu ajarilah hatimu agar selalu bisa menerima keadaan tanpa membenci."

-Afizza Shakila Kinanan-

Pemakan Gus Shaka kini sedang berlangsung, banyak sekali para santri menangis sebab kehilangan guru yang mendidik mereka sampai seperti sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pemakan Gus Shaka kini sedang berlangsung, banyak sekali para santri menangis sebab kehilangan guru yang mendidik mereka sampai seperti sekarang.

Hal itu juga terjadi pada Afizza ia sedari tadi terus menangis hingga matanya kini sudah membengkak, Aisyah yang berada di samping Afizza terus menguatkan putrinya ia sebisa mungkin untuk tidak menangis.

Hati ibu mana yang tidak sakit ketika melihat putrinya menangis sampai membuat matanya bengkak.

"Nak, sudah..." lirih Aisyah tepat di telinga Afizza seraya memegang erat kedua bahu Afizza.

Afizza tak menggubris ia terus saja menangis tak henti-hentinya, rasanya ini semua seperti mimpi ia baru saja kemarin menjadi wanita yang paling bahagia, namun sekarang ia menjadi wanita paling lemah.

Saat pemakan Gus Shaka sudah selesai, Afizza menaburi bunga di atas kuburan milik suaminya, hatinya kembali sakit tatkala bayangan senyum manis suaminya tersirat.

Afizza memegang nisan suaminya "Aa... Athar masih butuh Aa, ayo kembali kita belum wujudin semua wishlist kita..." lirih Afizza menahan isak tangisnya.

"Nak... Tidak boleh seperti itu, semakin kamu ikhlas maka kamu akan semakin tenang. Belajarlah berlapang dada, karena tidak semua yang kita inginkan itu yang terbaik menurut Allah." ujar lembut Kiyai Zul seraya mengelus khimar Afizza.

Afizza terdiam kemudian mendongak menatap Kiyai Zul yang kini sudah tersenyum manis seraya merentangkan tangannya.

Grep

Afizza langsung berhambur ke dalam pelukan sang ayah, ia kembali menangis ia tau apa yang ia ucapkan itu salah ia hanya belum siap untuk kehilangan nahkoda terbaiknya.

Afizza meleaskan pelukannya kemudian kembali menatap nisan suaminya.

"Sayang... Aku bersyukur punya suami seperti kamu. Aku dari yang sebelumnya belum paham apapun, dari yang sebelumnya gak ngerti apa-apa sekarang alhamdulillah itu semua berkat kamu Gus!" Afizza mengusap air matanya kasar.

"Aku janji setelah ini gak akan nangis lagi, Aa gak suka kan liat aku nangis terus. Liat sekarang aku udah gak nangis lagi, Aa terimakasih sudah menjadi nahkoda terbaik buat kinan, terimakasih sudah menjadi imam yang baik buat kinan. Dan yang terakhir terimakasih sudah mendidik aku dengan baik!" Afizza tersenyum manis dengan air mata yang kembali menggenang, namun sebisa mungkin ia tahan agar tidak terjatuh.

Aisyah merangkul kemudian membawa Afizz untuk berdiri "Aa aku pulang dulu yah... Assalamualaikum suamiku!" pekik Afizza seraya tersenyum getir.

Afizza dan kerluarganya kini sudah kembali ke pesantren, semua tidak ada yang bergairah, semuanya tampak bersedih seperti tidak ada kehidupan lagi di pesantren Al-mukhlisin. Tetapi Kiyai Hasan sebisa mungkin untuk mencairkan suasana.

SEPERTIGA MALAMKU (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang