36.Terungkap

2.2K 129 9
                                    

"Carilah laki-laki yang cintanya lebih besar darimu, karena ia tidak mampu menyakitimu, bahkan melihatmu tergores sedikit ia tidak rela."

-Afizza Shakila Kinanan-

-Afizza Shakila Kinanan-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Brak

"BOHONG!!" Afizza dan Gladis menoleh bersamaan ke arah sumber suara tersebut.

Hana gumam Afizza seraya tersenyum manis, Gladis yang melihat itu sontak saja membulatkan matanya dengan cepat ia berlari kebelakang Afizza kemudian ia memegang leher Afizza, hal itu tentunya membuat Afizza terkejut seraya menggeleng cepat.

Gladis menodongkan pisau kecil dengan terkekeh menatap Hana "selangkah lagi lo maju... Gue habisin Afizza" Hana berdecih dengan terus melangkah membuat Gladis semakin mendekatkan pisaunya.

"Kamu sebenarnya bukan Gladis kan?" Tanya Hana seraya menaikkan satu alisnya dengan tersenyum smirk.

Gladis terkekeh kecil "GAUSAH SOK TAU LO!!" bentaknya. Hal itu membuat Afizza memejamkan matanya.

Sret...

"Awsss" ringis Afizza saat pisau kecil itu menggores pipi halus Afizza.

"IZA" Afizza kini tak bisa menahan perih di pipinya ia hanya bisa menangis.

"HAHAHA ITU AKIBAT KALIAN NGEBANTAH GUE" tawa Gladis menjalar ke seluruh ruangan.

"Sekali lagi kamu menyakiti Afizza saya tidak akan tinggal diam!" suara tegas dan dingin itu mampu membuat Gladis bungkam dengan keringat dingin yang muncul di sekujur tubuh Gladis.

Gladis menoleh ke arah sumber suara dan berapa terkejutnya ia saat melihat Gus Shaka yang sudah mengepalkan tangannya dengan sorot mata yang memancarkan amarahnya. Hal itu membuat Gladis membeku di tempat darimana dia tau gudang ini ucapnya dalam hati.

Gus Shaka berjalan ke arah Afizza dengan sorot mata dingin membuat semua pasang mata yang melihat membeku di tempat. Saat Gus Shaka sampai di hadapan Afizza, Gladis dengan cepat memundurkan langkahnya dengan gemetar di tubuhnya.

Gus Shaka berjongkok kemudian mengusap darah yang keluar dari pipi halus istrinya "maaf kan aa yah" lirih Gus Shaka dengan mata yang sudah berubah menjadi berkaca-kaca.

Afizza yang melihat itu hanya bisa diam tak bergeming ia tak tau apa yang harus ia lakukan, ia kecewa pada suaminya yang tak mau jujur dengan semua masalalu kelamnya tetapi di sisi lain ia juga kasihan melihat mata sendu suaminya yang mengkhawatirkannya.

Gus Shaka membuka ikatan pada kedua tangan Afizza kemudian membuka ikatan di kakinya, tak lama Gus Shaka langsung membawa Afizza ke dalam dekapannya "aa minta maaf, maaf karena gagal menjaga kamu, maaf karena sudah telat menolongmu, a-aa minta ma-maaf" lirih Gus Shaka di akhir kalimat dengan tangis yang sudah pecah, hal itu membuat Afizza merasa kasihan dengan cepat ia membalas dekapan Gus Shaka seraya mengelus lembut punggung Gus Shaka "aa gak perlu minta maaf, ini bukan salah aa" balas Afizza.

SEPERTIGA MALAMKU (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang