Badan yang menggeliat membuat Jimin merasa sakit diseluruh tubuh, hari sudah semakin gelap jam pun sudah menunjukan pukul sembilan malam, tidurnya memang nyenyak tapi badannya terasa sangat sakit bahkan diarea pantatnya itu sangat-sangat sakit menurut Jimin.
Jimin mengucek matanya yang masih buram dan rambut yang masih acak-acakan ia celingukan melihat seisi kamar yang sangat berbeda dengan bentuk kamarnya, bergorden putih tinggi menjulang, berlantai keramik dan berkasur besar.
Jimin terkejut sampai membuat ia terduduk begitu saja melupakan rasa sakit diarea bawahnya, tapi tidak lama ia langsung meringis kesakitan bahkan hampir menangis.
Ia tidak mengingat sama sekali kejadian-kejadian pagi dini hari tadi, yang ia ingat hanya ia sedang berminum dengan Seokjin.
"Astaga! Tidak mungkin!." pekik Jimin yang langsung mencari dimana ponselnya tidak lupa ia membuka selimut tebal yang menutupi dirinya.
Dengan terkejut dia melihat tubuhnya tidak memakai busana, tidak! Ini tidak mungkin, ia merasakan malam tadi hanya mimpi, tidak mungkin pria yang bernama Seokjin itu melecehkannya, tidak mungkin!
"Dimana ponselku!." pekik Jimin histeris.
"Tidak mungkin ini hanya mimpi!!, Aku tidak mungkin berakhir seperti ini!, tidak ini hanya mimpi! Iya mimpi." yakin Jimin sendiri, sebelum dirinya menangis menyesali, kenapa dia mau diajak oleh pria tersebut, dia hanya ingin tau dimana Jungkook kenapa harus berakhir seperti ini? Bertelanjang dikamar orang yang tidak Jimin tau.
Ia bergerak pelan-pelan menuruni kasur yang bergitu tebal, pantat yang sakit membuatnya susah bergerak.
"Akh! Ini sangat sakit! Tidak mungkin aku ternoda seperti ini." gumamnya sambil meringis dan mengambil bajunya satu persatu berserakan dilantai lalu memakainya kembali, tidak perduli badannya bau, kotor, lengket.
Jimin berjalan tertatih keluar dari kamar, dia bingung kenapa rumah ini hening sekali tidak ada orang seolah-olah hanya Jimin sendiri, Jimin ingin berjalan cepat tapi tidak bisa ini sangat sakit, tidak hanya pantatnya tapi seluruh badannya.
Mata Jimin melihat-lihat sana sini, tidak ada figuran atau foto pemilik rumah, dindingnya kosong.
"Dimana dia menyimpan ponselku." gumamnya sendiri sambil menuruni tangga, tidak sampai bawah Jimin sudah melihat jam yang terpajang dinding menunjukan pukul sembilan malam.
"Apa! Sudah malam!, aku harus berkerja." dengan sedikit tergesa-gesa Jimin kembali menuruni anak tangga ia harus menahan rasa sakitnya kali ini, dari pada dia tidak datang kerja ia tidak akan dapat gaji bagaimana dengan ibu dan adiknya.
Setelah sampai dipintu utama Jimin kembali kesusahan untuk membuka pintu tersebut, ini sangat keras atau memang terkunci? Jimin rasa ini terkunci, jika terkunci bagaimana dia bisa berkerja dan kembali kerumahnya?
"Aish, TOLONG SIAPAPUN ITU YANG DILUAR! TOLONG AKU! AKU KORBAN PENCULIKAN!!!." Pekik Jimin sambil menggedor-gedor pintu yang megah itu, tapi sayang teriakannya hanya sia-sia selain diluar sepi tidak ada orang, dari luar juga tidak terdengar teriakan Jimin mau ia berteriak sekeras mungkin ataupun memakai toa suara Jimin tidak akan terdengar pasalnya rumah megah Min Yoongi sangat kedap suara.
Lelah berteriak menghabiskan suaranya Jimin terduduk lemas dengan air mata yang terus mengalir, kenapa harus berakhir seperti ini, apa mau Seokjin itu sampai harus mengurungnya disini?
"Aku hanya mencari Jungkook, kenapa aku yang berakhir disini!!!." teriaknya lagi frustasi sambil mengacak-acak rambutnya.
Sudahlah tidak suci lagi, terkurung pula dirumah yang seperti gedung ini, ponsel juga tidak ada, kemana ia harus mencari pertolongan?.

KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESSED | YOONMIN |
Fanfiction"END"✔ -SUKA CERITANYA WAJIB FOLLOW PENULISNYA (◍•ڡ•◍)❤ Menjadi cantik itu kutukan! Lihat Park Jimin sekarang! ia tidak tau apa-apa bahkan ia pria yang sangat baik, yang harus terjebak dengan seorang pria yang berhati dingin, tidak ada rasa peduli d...