19. Ketakutan.

623 51 3
                                    

           Jimin membuka matanya pelan saat ada tangan yang mengelus lembut kepalanya, ia baru saja sadar setelah semalaman pingsan, badannya sungguh sangat sakit, kepala yang pusing cukup membuat Jimin memandang pria yang didepannya buram, Jimin mengusap matanya agar bisa lebih jelas siapa yang ia lihat.

Tapi tak lama Jimin berjingkat kaget bahkan ia tampak ketakutan berdekatan dengan Yoongi, ya itu Yoongi yang sedang berada dikamarnya, tubuhnya bergetar hebat, ia meremat kepalanya karena takut yang begitu dalam.

“Jangan, aku mohon jangan.” racaunya takut.

“Aku janji tidak akan meninggalkanmu, jangan pukul aku, aku mohon.” racaunya lagi.

“Aku mohon padamu.” lanjutnya, Jimin benar-benar ketakutan dengan Yoongi saat ini, rasa traumanya benar-benar menghantuinya, bayang-bayang Yoongi menyiksanya sungguh masih melekat dipikirannya, jika bisa pergi Jimin tidak akan pernah menemui orang yang bernama Yoongi.

Yoongi mendekat kearah Jimin yang meringkuk dipojokan, Yoongi memeluk Jimin dengan erat mengisyaratkan kalau ia tidak sedang marah padanya.

“Jiminie, sayang, baby, aku tidak akan memarahimu lagi, diam lah, jangan takut kepadaku.” ujar Yoongi mencoba menenangkan Jimin, tapi Jimin masih memberontak ia tidak mau dipeluk oleh Yoongi.

Yoongi yang tau Jimin sangat amat ketakutan tidak melepaskan pelukannya, ia seberusaha mungkin agar Jimin tidak seperti ini, Yoongi kasihan kepadanya tapi Yoongi juga tidak bisa mengontrol emosinya, bagaimana perasaan Yoongi ini dia sendiri juga tidak tau.

“Jangan mendekat! Aku mohon padamu! Jangan mendekat! Ampuni aku!.” racau jimin lagi yang masih berontak tidak mau dipeluk Yoongi, Yoongi tidak tau harus berbuat apa dia bingung, yang dia bisa hanya memeluknya.

Yoongi melihat Yumna berlari kearah kamar, ia melihat Yumna sedikit terkejut dengan mereka berdua, karena Yoongi masih memeluk Jimin.

“Ajuma tolong tenangkan Jimin, dia harus beristirahat, dia terlihat sangat takut padaku.” ucap Yoongi yang melepas Jimin dan menghampiri Yumna yang tampak khawatir dengan Jimin.

Yumna mengangguk dengan mata yang terus tertuju pada Jimin, entahlah apa yang membuat yumna begitu menyayangi Jimin, Jimin ini anak yang berhati lembut dan Jimin ini persis banget pada almarhum anaknya mangkanya Yumna sangat menyayangi Jimin walau hitungannya dia baru mengenal.

“Iya tuan, sepertinya dia sedikit Trauma.” ucap Yumna, Yoongi melihat Jimin yang masih meringkuk tidak menatapnya sama sekali bahkan  racaunya terdengar tidak begitu jelas ditelinga nya membuat hati Yoongi teriris sakit, begitu kejamnya kah dirinya terhadap orang yang harus menemaninya seumur hidup?.

“Em, ajuma urus saja dia, aku mau kekantor, jangan lupa berikan dia makan, dia harus cepat sembuh.” Yoongi melenggang pergi meninggalkan kamar Jimin dengan Yumna yang akan mengurusnya, ia ada urusan dikantor.

Yumna mendekat kearah Jimin dan mendudukkan dirinya dipinggiran kasur, lalu tangannya terulur mengelus kepala Jimin yang sedang ketakutan.

“Jimin, ini ajuma, kau tidak perlu takut.” ucap Yumna pelan.

Jimin yang mendengar suara dari Yumna langsung memeluknya erat sambil menangis hebat.

“Ajuma, Jimin takut...”

Yumna yang mendapat pelukan erat dari Jimin reflek mengelus punggung Jimin, menenangkannya seperti anaknya sendiri, Yumna tidak berbicara apapun karena Jimin masih menangis, ia membiarkan Jimin meluapkan tangisannya, ia ingin Jimin merasa lega tidak tertekan lagi dihatinya.

Sedangkan Yoongi kini tengah sibuk dengan pekerjaannya yang sangat menumpuk, Yoongi pikir ia cuma mengerjakan berkas yang sedikit ternyata begitu banyak tumpukan berkas dimeja kantornya, jadi mau tidak mau ia harus mengerjakan ini semua.

OBSESSED | YOONMIN |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang