"Annyeonghaseyo" Jin memasuki restoran yang sudah sepi itu.
"Annyeonghaseyo Jinssi kau sudah datang" balas Irene sambil melihat Jin memasuki pintu.
"Aku kira masih ada karyawan lainnya" Jin sambil melihat-lihat sekitar.
"Tidak karyawanku sudah pulang semua. Karna tutup lebih cepat" jawab Irene sambil mengiris daging.
"Apa restoran ditutup lebih cepat karna ku?" tanya Jin kepedean.
"Tentu saja tidak, karna memang habis lebih cepat. Lagian kau siapa bisa membuat restoran ini tutup lebih cepat" sindir Irene sambil tersenyum.
"Ahh benar juga haha" Jin yang menggaruk-garuk belakang kepalanya yang tidak gatal.Suara pisau menggema di dapur.
"Jinssi bisakah kau memotong bawang bombay ini?" tanya Irene.
"Tentu saja" mantap Jin
"Tak tak tak tak tak" suara pisau sangat cepat memotong bawang Bombay yang mengundang perhatian Irene.
"Waahhh potonganmu sangat cepat dan rapi" puji Irene yang takjub skill memotong Jin.
"Memang hobiku memasak, di rumah aku sering memasak untuk adik-adikku" jawab Jin dengan bangga.
"Adikmu banyak?" tanya Irene penasaran.
"Cukup banyak untuk orang Korea" jawab Jin bangga.
"Pasti di rumah ramai dan seru. Kebetulan aku anak tunggal tidak pernah merasakan itu" Irene yang sedikit mulai terbuka dan Jin mulai memancing pertanyaan-pertanyaan lainnya.
"Lalu kenapa kau memilih menjadi chef?" tanya Jin penasaran latar belakang Irene.
"Karena orangtuaku yang berkerja dibidang F&B. Dari kecil selalu ikut Eomma untuk coba resep-resep baru" Irene sedikit mengingat-ingat masa kecilnya."Irenessi maaf pertanyaanku terlalu privasi bolehkah aku mengetahui umurmu?" karna Jin ingin lebih akrab.
"34 tahun" jawab Irene mantap.
"Aku 32 tahun, brarti aku harus memanggilmu nuna. Irene nuna" panggil Jin
"Terserah kau saja tak usah terlalu formal, Irene saja juga boleh" jawab Irene sambil mengaduk masakan.
"Irene nomu yeppeo" lirih Jin dengan senyum-senyum malu-malunya.
"Kau mengatan apa Jin?" tanya Irene ragu.
"Ani.. selanjutnya apa yang harus dimasukan ke dalam panci?" tanya Jin mengalihkan pembicaraan.
"Ini sudah mau selesai tinggal tambah garam sedikit" jawab Irene sambil mencicipi.•••••
Makanan sudah jadi. Kedua lawan jenis menduduki kursi berhadapan di restoran yang sedikit remang-remang tersebut.
"Waahhh ini nampak enak sekali" Jin tidak sabar mencicipinya.
"Cobalah" Irene yang tersenyum bangga melihat laki-laki dihadapannya mencoba masakannya dengan lahap.
"Nuna ini masakan enak sekali melebihi masakan ibuku sepertinya aku harus coba menu lainnya" Jin dengan mulut penuhnya.
Irene hanya tersenyum melihat kelucuan Jin makan dengan lahap.
"Ohh iya Jin, aku ingin mengembalikan ini" di keluarkan ya earbuds dari saku celana Irene.
"Aku kira kau akan menyimpannya biar kita bisa ketemu lagi" gombal Jin.
"Kenapa aku harus mengajak duluan" tantang Irene sambil tertawa.Malam yang sangat panjang untuk mereka berdua bercanda bersama di keheningan restoran yang sudah tutup. Dentingan gelas dan suara tawa bergema memenuhi seisi restoran. Tak terasa mereka semakin lebih mengenal kepribadian masing-masing.
-----
Haii guys, edisi spesial menyambut kepulangan Jin dari tugas negara. Syukur pulang dengan selamat dan semakin berisi badannya. Gimana ada yg dapet raffle di peluk Jin nggak hari ini gak??
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Jeju
FanfictionSeorang Chef wanita bernama Irene yang bertemu dengan seorang laki-laki yang menyembunyikan identitasnya sebagain Idol bernama Jin. Bisakah mereka bersatu tanpa tercium publik??