CONFESS

138 15 12
                                    

Siang itu pasar tradisional terkenal di Jeju. 2 insan berjalan membelah keramaian. Jin menggunakan style jeans hoodie hitam dan topi bermasker. Sementara Irene style rok selutut dipadukan cardigan warna putih serta pony tail membuat kesan fresh.
"Kita mau masak apa hari ini" tanya Jin di belakang Irene.
"BBQ?" tengok Irene ke belakang.
"Okeh, kajja" memegang pundak Irene dari belakang karna pasar sangat ramai sekali.

Sesampainya di depan penjual daging
"Beli secukupnya saja Jin, kita masak yang lain juga" melihat Jin sedang memilih daging.
"Kenapa?? Kau mau buat dessert?" goda Jin.
"Tidak, kita buat pasta saja gimana?" ide Irene yang dijawab angguk oleh Jin.

Setelah selesai berbelanja sore harinya mereka mempersiapkan untuk BBQ di rooftop restoran.
"Aku tak menyangka ada tempat sebagus ini di restoran mu" takjub Jin.
"Karna dibawah sedang renovasi saja, lagian rooftop ini hanya untuk karyawan jika istirahat" balas Irene sambil menyiapkan yang akan di masak.
Jin sibuk mendekor rooftop yang biasanya agak remang-remang sekarang sangat terang dengan lampu warm white.

•••••

"Pasta sudah jadi" riang Irene yang baru naik ke rooftop karna dia memasak sebentar di kitchen bawah belum terenovasi.
Jin yang asik membakar daging hanya bisa tersenyum.
"Bukankah cukup dingin dengan bajumu sekarang?" tanya Jin dengan capit panggang dintangannya.
"Tidak, ini hangat kok. Sini ku bantu" Irene mendekat ke tempat Jin membakar daging.
Jin meninggalkan tempat memanggang dan mengambil jaketnya di kursi.
"Pakailah" Jin memakaikan jaketnya di pundak Irene.
"Terimakasih" jawab Irene tersipu.
"Sini biar ku bantu" pinta Jin.
"Tak usah duduklah, kan aku sudah janji akan memasakkanmu" Irene menolak karna dia tidak mau Jin tau bahwa dia sedang tersipu.

"Jreengggg... Langit indah bertabur bintang" suara Jin bernyanyi dengan gitarnya.
"Lagu siapa?" lirik Irene sebentar.
"Bukan lagu orang aku asal bernyanyi" jawab Jin penuh percaya diri.
"Suaramu oke juga. Coba lanjutkan" puji Irene.
"Angin bertiup sedang, bulan bersinar terang" lanjut Jin.
"Kau harus membayar ku jika ingin mendengarkan ku lebih lanjut" goda Jin.
"Akan ku bayar dengan masakanku yang enak ini" tawar Irene.
"Aku ingin kau bayar dengan kue yang kau buat" tawa Jin meledek.
Irene hanya melotot sambil tersenyum.

"Malam dingin bersamamu"
"Malam yang selalu ku rindukan" lanjut Jin bernyanyi.
Irene yang asik dengan panggannya tidak terlalu melihat Jin tapi dia mendengar. Jin bernyanyi sembari menatap Irene.
"Gadis cantik.. bisakah aku memilikimu?" Jin masih bernyanyi.
"Kau menciptakan lagu spontanitas tapi bagus di dengar" puji Irene.
"Tentu, karna ini isi hatiku sekarang" jawab Jin yang tak kalah spontan.
Irene telah selesai memanggang dan sedang menghias makanan tiba-tiba kaku sekujur tubuhnya. Dalam hatinya berusaha mengingat ingat lirik lagu yang dinyanyikan Jin.

Jin berjalan menghampiri Irene yang masih kaku. Jin membalikan tubuh Irene di hadapannya.
"Kenapa? Kau kaget dengan pengakuan ku?" tanya Jin.
"Bukankah ini terlalu tiba-tiba?" Irene menjawab dengan gugup.
"Tidak ada yang tiba-tiba Nuna. Bukankah kita cukup dewasa untuk mengetahui perasaan masing-masing?" Jin mengangkat wajah Irene hingga mereka bertatapan.
"Aku menyukaimu sejak awal kita bertemu. Jadi maukah kau menjadi pacarku?" Jin menatap intens bola mata Irene menyiratkan permintaan jawaban diterima dari Irene.
Irene yang mendengar itu hanya menatap Jin tak percaya. Irene masih tak percaya mendapat pengakuan dari seorang Namja. Irene mengingat luka dimasa lalunya yang sepintas teringat. Dia takut akan terjadi seperti yang dulu.

"Tidak jangan menangis, jika pengakuan perasaanku menyakitimu kau bisa menolak" panik Jin mengetahuin Irene mengeluarkan air matanya.
"Tidak aku menangis bukan kau menyakitiku Jin" jawab Irene sambil menghapus air matanya.
"Lalu.. lalu kenapa? Aku tidak ingin membuatmu menangis sedikitpun" panik Jin juga berusaha menghapus air mata Irene.
"Aku hanya terharu" jawab Irene menyembunyikan kenyataan bahwa dia masih punya luka.
"Lalu bagaimana dengan jawabannya? Maukah kau menerimaku?" tanya Jin sekali lagi.

Irene hanya terdiam. Dia memikirkan segala kemungkinan dibenaknya yang belum terjadi. Dia tidak ingin terluka lagi. Namun dia melihat Jin dengan segala keyakinannya. Irene juga ingin merasakan dicintai lagi.

"Aku mau" angguk Irene dan nangis lagi.
Jin yang tau itu langsung memeluk Irene. Mencium kening Irene dengan hati yang yang tidak bisa digambarkan kebahagiaannya.
"Terimakasih kau sudah menerimaku" ucap Jin lega.
Irene hanya mengangguk dan membalas pelukan Jin yang hangat. Tubuhnya yang mungil tidak terlihat lagi jika Jin memeluknya. Malam yang panjang untuk mereka mengabiskan waktu berdua di rooftop. Bermanjaan dan bertukar pertanyaan kecil tentang hubungan mereka.



-----
Hollaaaa.... Maafkan baru update karna kesibukan dikerjaan dan sakit 🙏🏻 Spesial yang kalian tunggu dan agak panjang

Love in JejuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang