SELAMAT

140 18 2
                                    

Irene tidur membelakangi Jin yang memeluknya.
"Sayang bangunlah waktumu syuting" suara lembut Irene yang masih setengah sadar.
"Emmmm sebentar lagi" suara berat Jin dikala subuh.
"Nanti kau telat" mata Irene mulai terbuka sempurna.
Irene mengintip ke dalam selimut. Irene mengeluarkan penis suaminya dari lubangnya perlahan sisa pertempuran semalam. Takut jika yang bangun justru malah batang beserta sang empunya.

Irene memakai kembali lingerinya dan berjalan keluar kamar apartemen mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Irene memakai kembali lingerinya dan berjalan keluar kamar apartemen mereka. Melihat isi kulkas dan berfikir sejenak ingin memasak apa untuk sarapan pagi ini.

"Takk takk takk" suara pisau dapur.
Irene dengan cekatan memasak Sup Ayam. Jin keluar kamar dengan boxernya saat mencium bau masakan.
"Morning sayang" Jin mencium pucuk pundak Irene dan memeluknya dari belakang.
"Kau sudah bangun?" tanya Irene.
"Emmm" Jin sedikit mengangguk dan mempererat tangannya memeluk Irene.

"Mandi dan bersiaplah, sebentar lagi sarapanmu jadi" Irene berbalik badan dan mengecup bibir suaminya singkat.
Jin yang masih setengah sadar kembali ke kamar dan mandi.

Irene melanjutkan masaknya. Sembari menunggu masakannya matang Irene memilihkan baju Jin untuk dipakainya syuting nantin.

Irene menghidangkan masakannya ke meja makan. Tak lama Jin keluar dengan baju pilihannya.
"Bolehkan aku memakanmu dulu baru makan masakanmu?" pinta Jin sudah sadar sepenuhnya melihat Irene masih dengan lingerienya yang menggoda.
"Tidak kau akan terlambat nanti, duduklah" tegas Irene sekalipun suaminya sedikit cemberut.

Jin memakan masakan Irene dengan lahap.
"Hari ini aku ada meeting, sepertinya pulang agak lama" jelas Irene.
"Tak masalah asal tidak lupa makan" ucap Jin.

Jin melihat sudah setengah 7 saatnya dia berangkat.
"Tunggu sebentar" Irene berlari ke kamar.
Jin memasang sepatunya di dekat pintu keluar.
"Pakailah ini" Irene memasangkan dasi.

"Pakailah ini" Irene memasangkan dasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sempurna" puji Irene.
Jin menarik pinggang Irene mendekat. Melumat bibir istrinya dengan lembut. Tangan Jin meremas pelan pantat Irene.

"Emmghhh sudah" cegah Irene agar tidak lebih lanjut.
"Baiklah aku berangkat, saranghae" ucap Jin menutup pintu keluar.

•••••

Setelah beres-beres rumah Irene bersiap ke kantor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah beres-beres rumah Irene bersiap ke kantor. Irene yang sudah rapi akan ke kantor namun dia kehilangan barang penting. Irene menelfon suaminya dan untung saja segera diangkat.
"Wae wae?" tanya Jin.
"Sayang kau lihat kunci mobilku tidak?" Irene balik tanya.
"Terakhir aku melihat di meja dekat sofa" ingat Jin yang membuat Irene berjalan cepat.
"Yashh ketemu, terimakasih sayang" pamit Irene.
Mobil Irene sama seperti mobil sport Jin hanya beda warna. Itupun mobil yang membelikan juga suaminya.

Irene menunggu lift yang datang dari lantai atas.
"Ting!" lift terbuka.
Karna Irene buru-buru terpaksa memasuki lift tersebut sekalipun ada Suho di dalamnya.
"

Annyeonghaseyo" sapa Suho.
"Annyeonghaseyo" Irene menunduk.
"Selamat atas pernikahanmu dengan Jin" ucap Suho.
"Terimakasih" Irene membalas jabat tangan Suho.
"Maafkan aku kemarin tidak hadir. Aku jadi tak enak dengan kalian. Jujur aku masih kurang bisa menerima namun aku ikut senang jika kau bahagia" cerita Suho.
"Ku doakan kau segera menyusul" Irene sudah tidak irit ngomong lagi.
Irene sudah melupakan rasa sakitnya. Berkat Jin Irene hanya mengingat momen-momen bahagia.

•••••

Irene pulang kerja dengan tertatih. Kepalanya terasa pusing.
"Brukk" tak lama setelah Irene masuk apartemen dia terkapar pingsan.
Jin lari tergopoh-gopoh menghampiri istrinya.
"Sayang bangun sayang.. sayang" panggil Jin.
Tidak ada respon dari istrinya. Jin membawa Irene ke kamar mereka. Jin menyadari tubuh Irene sedikit panas dan keringat dingin. Jin buru-buru mengambil kompres. Dengan telaten Jin menggantikan baju kantor Irene dan menghapus sisa makeup.

Lalu Jin ke dapur memasak bubur sembari menunggu Irene siuman. Jin memeriksa panasnya yang sudah agak turun. Tak lama Irene membuka matanya.
"Sayang apa yang kau rasakan?" tanya Jin.
"Aku hanya sedikit pusing karna lelah" Irene berusaha duduk.
"Sekarang apa masih pusing?" tanya Jin lagi.
Irene mendekat memeluk Jin dan menggelengkan kepalanya untuk memberi jawaban.
"Makalah dulu, aku sudah membuatkan bubur untuk mu. Setelah itu minum obat" Jin membelai lembut rambut Irene.
Irene hanya mengangguk menuruti.

Love in JejuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang