SUNSET

152 18 4
                                    

Sore itu di kediaman Irene. Datanglah mobil sport warna biru. Irene yang tau itu lantas berlari ke depan dengan style  jeans dan hitam tak luput memakai topi hitam menambah kesan cantik serta kulit putihnya terpancar.
"Tuk tuk tuk" suara jendela mobil diketuk Irene dan terbuka sedikit menampakan sosok lelaki tampan di dalamnya.
"Masuklah" sembari Jin tersenyum ramah.
"Kita akan kemana Jin?" tanya Irene sambil menarik-narik seat belt kesusahan karna memang mobil jarang dipakai.
Tangan kekar membantu Irene menarik seat belt dan membantu memasangkannya. Sepersekian detik wajah mereka sangat dekat. Membuat wajah Irene memerah seperti kepiting rebus. Jin pun merasakan kegugupan yang sama.
"Ke pantai lihat sunset, oke?" tanya Jin yang tak kalah merona mukanya.
"Ide bagus, aku tau pantai yang sunsetnya bagus disini" jawab Irene walaupun Irene buang muka karna takut ketahuan mukanya merah.

Mobil sport biru itu berjalan santai dengan lagu "One Thousand Year - Cristina Perry" terputar menggema di dalam mobil. Membuat suasana semakin canggung sekalipun masing-masing orang merasakan kupu-kupu terbang di perutnya.
"Nuna bukankah baju kita tampak couple sekalipun kita tak janjian?" tanya Jin sambil fokus menyetir.
Sontak Irene menoleh ke Jin melihat dari ujung kaki hingga kepala persis menggunakan setelan celana jeans dan kaus hitam serta topi hitam.
"Jangan-jangan kau cenayang atau memasang mata-mata di dekat rumahku" curiga Irene.
"Mana mungkin Nuna, bahkan aku baru tau rumahmu hari ini" logika Jin.
"Lalu kenapa bisa sama?" tanya Irene cemberut.
"Bukan kah kau tau istilah 'Alampun Merestui' perjalanan kita?" tanya Jin sambil fokus menyetir
Irene hanya tersenyum kecut mendengar gombalan Jin kesekian kalinya.

•••••

Sunset di pantai mulai nampak. Kedua insan duduk di pinggir pantai. Angin meniupkan rambut panjang Irene menambah kesan lebih cantik di mata Jin.
"Kau melamun apa, melihatku sampai sebegitunya?" tanya Irene penasaran.
"Aku hanya mengagumi keindahan yang diberikan Tuhan di muka bumi ini, sunset maksutnya" jawab Jin sambil mengalihkan pandangannya.
"Memang disini best point sunset di Jeju, tak salah lagi" jawab Irene dengan senyuman lebar karna dia sudah lama tidak jalan-jalan menikmati sunset seperti ini.
"Irena kalau boleh tau bagaimana tipe lelaki idamanmu?" tanya Jin penasaran.
"Kenapa kau tiba-tiba tenya itu?" kaget Irene.
"Hanya ingin tau saja" jawab Jin penasaran.
"Yang pasti dia yang baik, family man dan bisa masak lebih seru mungkin biar bisa mengkritis resep baru bersama-sama, kalau kau?" tanya Irene.
"Aku suka wanita yg menerimaku apa adanya bukan ada apanya" penjelasan Jin singkat padat dan jelas.
"Maksutnya?" tanya Irene tak paham.
"Lupakan.. lihatlah sunsetnya hampir tenggelam sebentar lagi" Jin mengalihkan pembicaraan karna dia tak mau Irene tanya identitasnya terlalu dalam. Pekerjaan Idolnya takut diketahui Irene, lalu tidak nyaman dan menjauh.

Love in JejuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang