PASAR MALAM

126 18 7
                                    

"Sepertinya bando kelinci ini cocok dengan mu" Jin memakainkan ke rambut Irene.
"Tak usah aku malu memakainya" lirih Irene.
"Kenapa malu? Aku pakai yg karakter ini aja. Biar kita malu bersama" Jin memakaikan bando RJ diatas topinya.
Dan mereka tertawa bersama.

Namanya pasar malam semakin malam semakin ramai. Tapi semangat mereka belum berkurang.
"Jinie, mau kah masuk rumah zombie?" tanya Irene dengan permen kapas dikunyahnya.
"B.. boleh" jawab Jin ragu karna dia penakut.
"Kajja" senyum Irene semangat.

Di dalam rumah zombie banyak jumpscare-jumpscare menakutkan. Ada yang wujud patung ada pula yang memang manusia asli. Jin berusaha untuk berani dan tidak teriak di depan Irene sekalipun aslinya penakut. Situasi berkata lain saat akan keluar tiba-tiba ada zombie hidup asli menghampiri mereka berdua.
"Omooo kamjagiyaaa!" teriak Jin yang langsung memeluk Irene.
"Hahaha kau kenapa? Takut" ledek Irene.
Tanpa sadar posisi mereka pelukan. Yang bikin sedikit akward.
"Maaf-maaf aku tak sengaja" Jin melepaskan pelukannya.
"Kau lucu sekali kalau ketakutan" ledek Irene lagi.
"Aku tidak takut hanya kaget saja" jawab Jin malu.

"Gimana kalau kita naik kincir ria" ajak Jin yang melihat keatas mengukur ketinggian kincir ria.
"Siapa takut" sekalipun Irene sebenarnya sedikit takut ketinggian. Namun karna gengsi tinggi dia memaksakan.
Kincir ria mulai naik, hembusan angin mulai kencang. Namun ada pemandangan kota membuat dingin malam tak terlalu terasa.
"Waahhh disini indah sekali" takjub Irene.
"Apa kau baru pertama naik ini?" tanya Jin.
"Iya.. aku jarang keluar rumah selain ke restoran maupun pasar" cerita Irene.
"Aku biasanya naik dengan adik ku. Dan Aku tau tempat ini lewat sosmed, apa kau punya sosmed?" tanya Jin lagi.
"Aku tidak terlalu tertarik sosmed. Bahkan aku tidak punya aplikasi selain untuk chating" senyum Irene kikuk.
"Waahhh pantas saja kau kudet" Jin dengan ketawanya.
Padahal dalam hati Jin senang jika Irene tidak punya banyak sosmed.

"Kau tak apa?" tanya Jin yang melihat Irene sedikit pucat.
Irene hanya membalas anggukan dan senyum kecil saja.
Sesampainya kincir ria dibawah Irene ijin pergi ke toilet sebentar. Dia sedikit merasa mual. Wajah sedikit pucatnya masih nampak cantik dan Jin melihat itu.
"Kau tak apa?" tanya Jin setelah Irene keluar dari toilet.
"Tak apa, aku hanya sedikit mual" jawab Irene.
"Maafkan aku tak tau jika kau tidak suka ketinggian" Jin meminta maaf
"It's oke, aku juga tak tau kau takut akan Zombie" Irene menjawab sambil tertawa.
"Kita pulang saja ya? Agar kau bisa istirahat" tanya Jin yang hanya di balas anggukan oleh Irene.

Sesampainya di mobil Jin fokus menyetir. Tak lama ia melihat ke Irene dan ternyata dia tertidur. Jin tidak tega membangunkannya. Sesampainya di depan rumah Irene Jin hanya bisa menunggu hingga tak lama dia terbangun.
"Sudah sampai, kenapa tidak membangunkan ku?" tanya Irene masih setengah sadar.
"Kau nampak tidur sangat nyenyak" jawab Jin sambil memperhatikan Irene.
"Baiklah aku masuk dulu, gomawo" Irene perlahan keluar dari mobil dan masuk ke rumah.
"Tunggu sebentar" Jin mencengkram tangan Irene yang akan membuka pintu mobil.
"Ada apa Jin?" tanya Irene sedikit kaget.
"Apa kau besok kerja?" sedikit berfikir padahal sebenarnya Jin ingin memberi sesuatu namun belum berani.
"Tentu" jawab Irene mantap.
"Baiklah semangat kerjanya untuk besok" Jin sambil fighting menyemangati.

Love in JejuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang