PENCARIAN

121 17 2
                                    

Malam itu rasa lelah menyelimuti Irene yang sedang mengendarai mobilnya dijalanan malam Seoul. Hingga sampai di pinggir sungai Han, Irene turun hanya untuk menghirup udara segar. Di minumnya Americano dan menyalakan handphone mungkin ada notif dari Jin. Nihil. Tidak ada notif masuk sama sekali.

Irene membuka portal berita mungkin bisa mengobati sedikit rindunya. Tangan Irene bergetar mata lentiknya perlahan berair. Hati Irene merasakan sakit seperti ditusuk pedang tepat di ulu hatinya membaca berita terbaru Jin dating dengan salah satu girl grub. Untuk ke 2 kalinya Irene kecewa dengan Jin. Kali ini ia tidak bisa memaafkan kesalahan Jin. Irene melempar handphone ke sungai untuk menyalurkan emosinya dan meninggalkan sungai Han dengan kecepatan diatas rata-rata.

•••••

Setibanya di Seoul Jin langsung kembali ke apartemennya ditemani oleh Jimin. Karna Jimin sangat khawatir dengan kondisi Hyungnya.
"Sayang.." Jin mengecek kesemua sudut apartemennya namun tak kunjung ditemukan.
"Bagaimana Hyung?" Jimin memasuki kamar melihat Jin terduduk di depan wardrobe.
"Dia pergi Jim. Kita harus mencarinya sekarang" titah Jin.
"Bagaimana kalau besok saja Hyung? Ini sudah malam. Besok akan ku bantu" cegah Jimin.

•••••

Jimin dan Jin berada di mobil seberang rumah Appa Irene sebagai tujuan utama. Mereka mengintai kediaman rumah Appa Irene.
"Hyung kita sudah 30 menit disini, nampaknya rumahnya sepi. Kenapa tak kau tanyakan saja langsung?" tanya Jimin.
"Tunggulah sebentar Jim" cegah Jin.

30 menit kemudian...

"Tuk tuk" suara pintu.
"Ada yang bisa saya bantu Tuan?" suara wanita paru baya.
"Apa benar ini rumah Tuan Bae Shiyoon?" tanya Jin.
"Iya benar, ada apa ya Tuan?" tanya pelayan tadi.
"Apa bisa saya bertemu dengan Tuan Bae?" ucap Jin.
"Maaf Tuan Bae sedang tidak di rumah Tuan. Beliau sakit sudah beberapa Minggu yang lalu" jelas si pelayan.
"Jika boleh tau di rawat rumah sakit mana? Agar saya bisa menjenguk" tanya Jin penasaran.
"Kalau untuk di rawat dimana saya kurang tau Tuan. Ada yang mau di sampaikan?" tanya pelayan.
"Tidak terimakasih" Jin mulai berfikir.
"Baiklah saya permisi dulu tuan" pelayan tersebut masuk ke dalam rumah.

"Jiminah pesanlah tiket ke Jeju sekarang" Jin memasuki mobil dan tancap gas ke bandara.
"Hyung bagaimana dengan Tuan Bae?" tanya Jimin bingung dan panik.
"Kita ke Jeju sekarang, cepat pesan 2 tiket" perintah Jin.

"Sudah Hyung" Jimin melihatkan layar handphonenya ke arah Jin.
"Baiklah sekarang kencangkan sabuk pengamanmu dan pegangan erat" perintah Jin.
Mobil yang mereka tumpangi melaju lebih cepat dari awal.

•••••

"Pelayan bisakah saya bertemu dengan chef yang membuat dessert ini?" tanya Jimin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pelayan bisakah saya bertemu dengan chef yang membuat dessert ini?" tanya Jimin.
"Baiklah akan saya sampaikan Tuan, tunggu sebentar" balas pelayan.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya chef datang.
"Kau!" Jimin kaget.
"Ahhh kau yang membantuku di rumah sakit dulu bukan?" ingat Seulgi.
"Ternyata kau chef yang membuat ini?" tanya Jimin.
"Tentu.. aku chef khusus dessert disini. Apa rasanya tidak enak?" tanya Seulgi.
"Tidak.. ini enak" ucap Jimin panik sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Seulgi tersenyum tebakannya salah.
"Jika tidak ada komplain lagi aku akan kembali ke kitchen. Ohh iya kau tak usah bayar. Akan ku infokan kasir. Sebagai terima kasihku waktu itu" ucap Seulgi pamit.
"Tunggu.. aku ingin bertanya tentang Chef Irene" Jimin menarik tangan Seulgi menahannya agar mendapat pencerahan dimana Irene sekarang.

•••••

Sementara Jin sudah berada di rumah Irene. Jin melihat rumah Irene sepi yang tersisa hanya security.
"Annyeonghaseyo Pak Choi" sapa Jin.
"Ohhh annyeonghaseyo Jinssi" membalas sapaan Jin.
"Saya ingin bertemu Irene pak, apa ada di rumah?" tanya Jin.
"Nona Irene sudah pindah mas, ditambah Ayahnya sedang sakit" jelas Pak Choi.
"Pindah kemana ya pak?" selidik Jin.
"Kalau yang itu saya kurang tau" jujur Pak Choi.
"Ini bingkisan untuk Pak Choi, saya ijin pamit" Jin memberikan bingkisan buah ke Pak Choi.

•••••

"Hyung gimana?" tanya Jimin melihat memasuki Villa.
"Tidak ada, rumahnya sepi" jawab Jin dan merebahkan tubuhnya di sofa.
"Kau harus membayarku mahal, aku tau Nuna dimana" senyum Jimin menggoda
"Dimana? Katakan!" Jin auto bangun dari rebahannya.
"PARIS" Jimin 😌.

Love in JejuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang