MALAM MINGGU

147 18 6
                                    

Minggu berganti dengan bulan. Dering telfon berbunyi..
"Good Morning" suara Jin menyapa.
"Good Morning Jin" balas gadis di ujung telfon.
"Kau sedang apa?" tanya Jin.
"Aku baru saja bangun" jawab Irene sambil mengusap matanya.
"Aaaa apakah aku mengganggumu?" Jin tidak enak sudah mengusik Irene.
"Tidak, memang seharusnya aku sudah bangun jam segini" Irene melihat jam dindingnya.
"Kau tidak bersiap bekerja?" tanya Jin lagi.
"Sepertinya aku tidak masuk kerja hari ini" keluh Irene.
"Kenapa? Apa kau sakit? Suaramu sedikit berbeda dari biasanya" cerewet Jin.
"Iya sedikit" angguk Irene.
"Apa sudah ke dokter? Aku akan mengirimimu obat. Akan ku pesankan lewat aplikasi diantar ke rumahmu" panik Jin
"Tak usah repot-repot Jin, aku hanya butuh istirahat" tenang Irene.
"Ini tidak repot.. tunggu sebentar" tanpa jawaban Irene, Jin langsung memutus telfon dan berpindah ke aplikasi pemesanan antar obat.

•••••

Selasa pagi itu Jin ingin pergi ke Jeju namun jadwal semakin padat. Ada libur mungkin hanya sehari. Mustahil baginya aktifitas terlalu jauh. Karna pasti akan di pantau oleh Managernim.
"Hyung kau kenapa seperti tidak bersemangat?" tanya Jimin setelah selesai latihan.
"Tak apa hanya sedikit lapar" bohong Jin.
"Tak seperti biasanya, ada masalah? Cobalah cerita" paksa Jimin.
Namun Jin hanya menggeleng kepala dan lanjut tiduran di lantai tempat latihan. Jimin yang duduk di sampingnya hanya melihat Jin.
"Kau rindu gadis Jeju itu?" tebak Jimin.
Seketika Jin membuka matanya setelah mendengar tebakan Jimin.
"Ssssttttt!! Kecilkan suaramu" sambil menaruh telunjuk tangannya di depan bibir.
"Brarti tebakanku benar Hyung?" lirih Jimin dengan tatapan meledeknya.
Jin hanya diam dan mengangguk sedikit.
"Kita Minggu ini ada libur 2 hari. Sabtu dan Minggu pergilah jika kau mau. Akan ku bantu merahasiakan dari sini jika ada yang menanyakan keberadaan mu" ide Jimin.

•••••

"Klinting!" suara lonceng pintu restoran bunyi.
"Maaf restoran sudah tu..." ucapan Irene terhenti saat melihat siapa yang datang.
"Mau buka khusus aku malam ini tidak?" tanya pria jangkung tampan itu.
"Jin!!" riang Irene.
Tanpa babibu Jin berjalan mendekat ke Irene. Memasukan Irene kedalam pelukannya.
"Apa kau sudah sembuh?" tanya Jin yang hanya dibalas anggukan oleh Irene karna dia kaget.
"Aku kemari ini menagih janji untuk mencoba masakanmu yang lain" Jin mengingat janji Irene di bandara.
"Kau tidak lihat aku sedang membereskan restoran ini" seketika muka Irene mendongak ke arah Jin yang masih dengan posisi memeluk.
"Ohh iya ini kenapa dengan restoranmu?" tanya Jin melepas pelukannya dan menyadari kalau restoran banyak perabotan restoran yang ditutup.
"Restoran ini akan di renovasi beberapa hari kedepan" jelas Irene.
Jin hanya manggut-manggut.
"Besok saja kita masak ya. Disini sudah tidak ada bahan baku yang bisa di masak. Sebagai gantinya aku ada tempat Teobokki yang enak di sekitar sini" ide Irene.

•••••

Mereka membeli Teobokki take away dan menuju taman kecil di dekat pantai.
"Huh hah huh hah" suara Jin.
"Itu Teobokki masih panas Jin kenapa langsung di makan" Irene sambil menyodorkan minum ke Jin.
"Aku tidak tau kalau akan sepanas ini" sambil meminum air dengan cepat.
"Hahaha jelas saja masih ada uap mengepul" ketawa Irene.
"Ya kau senang sekali jika melihatku menderita" kesel Jin.
"Tidak seperti itu Jin. Mukamu memerah saat kepanasan yang membuat ku tertawa. Seperti tomat matang" cekikikan Irene.
"Apa kau sadar kalau hari ini Malam Minggu?" tanya Jin.
"Tentu memang kenapa?" tanya Irene tidak peka.
"Kita seperti sepasang kekasih bukan? Menghabiskan malam Minggu berdua" lirik Jin gombal.
Irene hanya tersenyum kikuk mendengar gombalan Jin.
"Tidak semua kekasih menikmati malam Minggu berdua" balas Irene yang sebenarnya hatinya berdebar mukanya pun memerah seperti kepiting rebus.

Love in JejuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang